Hearain

72.7K 6.6K 5.5K
                                    

HEARAIN
Heart and Brain

**

Trian.

Pernah ngerasain gak rasanya bahagia dimana lo sadar kalau lo gak pernah sebahagia ini? Gue nih, lagi ngerasain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pernah ngerasain gak rasanya bahagia dimana lo sadar kalau lo gak pernah sebahagia ini?
Gue nih, lagi ngerasain.

Gak pernah terbesit di pikiran gue sekali aja kalau ngabisin waktu, jalan sama Thea ke Bandung pulang-pergi cuma buat beli Makaroni Panggang bisa seistimewa ini. Di mobil, gue yang biasanya cuma diem sambil dengerin lagu yang gue putar di radio dengan suara kencang tiba-tiba jadi memutar tombol volume ke arah sebaliknya. Suara musiknya jadi samar-samar, dan kekosongan yang selama ini menemani gue terganti jadi suara seraknya yang sesekali ketawa liat hal-hal gak penting yang lewat depan matanya.

"Ih ada barongsai, Yan!"
"Itu mah bukan barongsai."
"Barongsai tau."
"Itu Ondel-ondel dari Cina tau."
"Bodo amat, Yan," balas dia sambil tertawa keras. "Lagian dalam rangka apaan sih bulan April ada Barongsai segala," lanjutnya.
"Nyambut kita dateng lah. Yakali, kita orang penting Jakarta gini gak disambut," balas gue sambil fokus nyetir dan gue merasakan dia mendorong kepala gue pelan. "Bloon."
Gue langsung menarik badan kecilnya itu gemes sambil setengah meluk dia, taruh dagu gue di atas kepalanya.
"Berani ya lo noyor-noyor gue," ujar gue sambil membekap mukanya dan dia cuma tertawa kecil. Tapi kemudian waktu lampu merah, gue berakhir memeluk dia dari belakang, membuat dia harus sedikit membengkokan badannya dan pasti dia agak pegel. Bodo ah, gue lagi kangen. Gue membenamkan wajah gue di sela antara leher dan pundaknya dan merem untuk beberapa saat.
"Heh, kok kamu wangi banget sih," bisik gue pelan.
"Wangi protes, entar kalo bau protes juga."
"Lah, kalo kamu bau juga tetep aku pacarin."
"Masa?"
"Makanya coba lain kali ke kampus jangan mandi, masih bau iler gitu."
"Ke kampus gak mandi mah kamu."
"Wangi kan tapi?"
"Tetep aja gak mandi."
"Wangi gaaak tapi? Jawab dulu," gue mendekatkan wajah gue bikin dia sedikit menjauh tapi gue tetep mengunci tubuhnya di pelukan gue. Dia mendorong muka gue pelan membuat gue tertawa. "Tau ah."
"Hahaha, tapi beneran kamu wangi. Suka deh," gue cium pelipisnya cepat dan mulai nyetir lagi pake sebelah tangan. "Nyetir yang bener ih, Yan."
"Apaan sih orang pengen peluk."
"Kamu langgar lalu lintas tau."
"Ceramah mulu deh kayak Mario Teguh."
"Supeeeeer."
"Supeeeer," balas gue juga meskipun akhirnya ketawa. "Punya pacar kok bego amat sih Ya Allah."
"Kampreeet," ujar Thea sambil sedikit menarik topi gue ke bawah.

Mana pernah gue begini? Seumur-umur gue jadian sama orang lain sebelumnya, gak pernah bisa gue sebawel ini di mobil. Gak pernah bisa gue ketawa lepas cuma karena hal-hal kecil dan sederhana. Gak pernah gue sepingin ini meluk orang dan gak mau ngelepasin dia sedetik aja.

Hari itu memang sengaja gue jemput Thea dari pagi. Malah gue bohongin dia. Gue bilang mau anter ke kampus karena masih ada hari Penutupan Ospek, tapi akhirnya gue malah belokin arah ke tol karena gue lagi pengen banget makan Makaroni Panggang.
Gak ada rasa nyesel sama sekali. Toh gue yakin acara Penutupan Ospek bakal di atur sama Kompin-Kompin macem Ardan atau Dirga. Tugas gue udah kelar dan gue emang lagi capek banget, butuh hiburan, butuh pergi. Dan lo tau? Thea gak protes sama sekali. Dia ikut kemana aja yang gue mau tanpa keberatan.

NonversationWhere stories live. Discover now