13. Keadaannya

182K 11.8K 1.5K
                                    

Bagian Tiga Belas

Kamu tahu apa perasaan saya saat ini? Benci ... Benci dengan keadaan yang membuat kita tidak bisa bersama.

-Flesh Out-


Ateng itu pertama kali kenalan dengan Frans saat regristrasi ulang SMA, waktu itu Frans dengan gaya slengeannya minjam pulpen dengan Ateng karena ia lupa bawa dan semejak itulah pertemanan mereka dekat. Dimulai dari pulpen, romanatis sekali ya?

Ateng itu punya sifat yang lumayan mirip dengan Frans, slengean, pemikirannya luar biasa kreatif, hobi makan, tapi bedanya Ateng itu punya pacar. Namanya Dera, long distance relationship. Dera tinggalnya di Bandung sejak beberapa bulan yang lalu.

Jadi intinya sekalipun Ateng punya pacar, ia kemana-mana seperti jomblo. Dan kejombloan itulah yang membuat Ateng dan Frans kini sedang makan berdua di warung pinggir jalan depan TVRI, disitu terkenalnya dengan sebutan Sop Buah TVRI. Soalnya menu yang paling laris di sana ya sop buahnya.

Ateng medesah pelan lalu menurunkan handphonenya.

"Kenapa?" tanya Frans sambil memakan buah melon dari sop buahnya. "Muka lo kusut amat kayak duit kembalian dari kernet bus kota."

Ateng mendongkak, mengerutu ke arah Frans. "Dera sibuk terus, beberapa hari ini bahkan dia cuma bales chat gue pas malam aja. Itupun cuma ngabarin, Gabrino gue masih hidup. Ya kali dikirannya gue cuma butuh kepastian dia masih hidup atau sudah koit."

Frans terbahak mendengarnya. "Ya wajar dong dia jawab begitu, kan tiap lo ngechat pagi-pagi bukannya ngucapin good morning sayang lo malah nanya masih hidup? Dan lagi Teng, gue geli banget kalau denger nama lo itu Gabrino Fadel. Geli-geli basah gitu, bagusan Ateng kemana-mana."

"Kampret Rel."

"Makasih Baby," sahut Frans menyengir.

Ateng lalu mendesah pelan sembari menyerumput sop buah miliknya. "Gue tuh maunya Dera peka, tanya kek Sehari makan berapa kali? Gosok gigi dimulai dari atas atau bawah? Ya pokoknya nanyalah, gue pacaran rasa jomblo banget kemana-mana bedua sama lo."

Frans mengangkat bahu. "Gue kan udah bilang ldr tuh nggak bagus buat hubungan, lo aja yang masih klepek sama Dera nan jauh dari Bandung sana. Siapa tahu di Bandung dia sudah kepincut sama Dilan. Sudah kalah saing lo sama keromantisan Dilan. Lo mah ibarat butiran kantung asoy yang ngambang di Sungai Musi," ledek Frans.

"Aelah Frans, ngomong dengan lo ibarat ngomong dengan air kobokan. Nggak bermutu banget," ujar Ateng.

Mereka berdua lalu memilih untuk memesan lagi sop buah mangkuk kedua, selagi mengulur waktu untuk pulang ke rumah.

Ateng bersuara lagi. "Btw Frans kerjaan lo kemaren mindahin ban motor sama helm gue ke pohon romantis banget, kapan-kapan sekalian pindahin motor gue ya."

Frans tergelak mendengarnya, ia mengancungkan jempol tanda mengerti dan hal itu memancing Ateng untuk menepuk kepala Frans. Mangkuk sop buah keduanya datang dan Frans segera menyeruput sop buah mangkuk keduanya.

"Btw, cinta itu penting ya?" tanya Frans.

Ateng berdehem pelan. "Sejak kapan lo peduli soal cinta?"

"Sejak Ayah gue bilang mungkin gue kekurangan hormon jadi nggak pernah naksir sama makhluk yang namanya cewek," balas Frans.

"Iya sih. Kalau lo begini terus, kelihatan banget lo sama gue kayak pasangan homo gitu. Kemana-mana berdua."

Frans menoyor kepala Ateng segera. "Gue mah kalau jadi homo pilih-pilih ya, mana mau gue sama cowok kayak lo."

Flesh OutWhere stories live. Discover now