26. Usai di Sini

129K 12.6K 753
                                    

Bagian Dua Puluh Enam

Aku ingin menghitung berapa detik yang telah kita lalui bersama, hingga jika pada akhirnya kita berpisah aku masih bisa tersenyum mengingat bahwa ada detik yang pernah kita lalui berdua-Frans Guntoro.

Baca sampai author note, jangan tinggalin cerita sebelum voment hehe

-Flesh Out-

"Ini berapa tangga lagi sih, gue capek," rutuk Reina sambil menghentikan langkahnya menaiki tangga yang entahlah Reina juga tidak menghitung sudah tangga ke berapa yang telah ia naiki.

Frans ikut berhenti, lalu menoleh ke arah Reina yang berada kelang beberapa tangga darinya. "Dikit lagi sampai," balasnya.

Reina menghela napas lelah, meniup udara dari bibirnya ke atas sehingga membuat poninya berterbangan.

Frans tertawa melihat itu, tangannya terulur untuk memegang tangan Reina. "Ayo, naik lagi."

Beberapa menit selanjutnya sepanjang mereka menaiki tangga, Reina tanpa henti menggerutu mengenai apa yang diinginkan Frans saat ini. Tadi selepas kejadian di jalan kompleks, malam sehabis magrib. Frans mengajak Reina keluar setelah izin terlebih dahulu dengan mama dan papa Reina.

Reina tidak pernah kepikiran jika Frans malah mengajaknya untuk bersusah-susah naik tangga sebanyak ini. Pikiran awal Reina, Frans hanya mengajaknya ke tempat makan atau apalah itu yang jauh lebih baik ketimbang sebuah ruko kosong empat lantai yang berada tepat di samping Jembatan Ampera dan Sungai Musi.

Saat akhirnya mereka sampai di atap ruko, Reina segera mengambil posisi duduk berjongkok. Berulang kali ia mengatur napasnya yang kelihatan sekali terengah-engah karena kelelahan.

"Ini kita ngapain sih ke sini?" tanya Reina putus-putus.

Fran menaruh kantung ke atas tikar yang baru saja ia bentangkan di lantai atap. Frans tanpa menjawab pertanyaan Reina segera duduk berselonjor di atas tikar.

"Frans!"

Reina berdiri dari posisi jongkoknya, lalu berjalan mendekat ke arah Frans yang sudah sibuk membuka kantung berisi pempek panggang yang sengaja mereka beli di jalan tadi. "Ngapain?"

Frans tersenyum menoleh ke arah Reina. "Makanya duduk di sini, makan pempeknya, terus lihat ke langit."

Bukannya menuruti omongan Frans yang Reina lakukan pertama kali adalah melihat ke arah langit. Untuk beberapa detik ia agak tercengang saat menatap bulan purnama mengantung di atas langit ditambah puluhan bintang-bintang yang menemani bulan tersebut.

Belum sempat Reina menanggapi apa yang ia lihat di langit, ketika Frans sudah menariknya untuk ikut duduk di atas tikar. Frans melakukannya dengan mulut penuh mengunyah pempek panggang yang masih hangat.

Reina menurut, ia akhirnya duduk juga di atas tikar.

"Ini lo tahu tempat beginian dari mana?"

"Bunda sama ayah, dulu pas mereka masih belum nikah dan hobi banget berantem setiap ketemu apalagi sifat bunda kan keras banget tuh. Makanya, ayah ngajak bunda ke sini buat bicara serius dan ya lumayan ampuh meskipun bunda masih aja jutek sama ayah. Gara-gara tempat ini berkesan banget untuk bunda dan ayah, makanya ayah sengaja beli ruko ini, emang nggak ditempatin sih cuma beberapa kali aja digunain," jelas Frans panjang.

Reina meringis pelan. "Ayah sama bunda lo kelihatan sweet banget ya?"

"Sweet apanya, di rumah mereka berdua panggilannya kampret-kampretan." Frans tertawa pelan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mengingat tingkah laku ayah dan bundanya di rumah. "Tapi gue sayang banget sama mereka, kalau gue misalnya di kasih kesempatan hidup dua kali gue nggak akan ragu buat minta sama Tuhan agar dilahirkan di keluarga kecil bunda dan ayah."

Flesh OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang