27. Lupakan

137K 12K 952
                                    

Bagian Dua Puluh Tujuh

"Karena kita dipertemukan hanya untuk memiliki sebuah cerita bukan menyatu dan berakhir bahagia hingga akhir cerita."-Reina Pamela.

-Flesh Out-

Layar televisi menampilkan permainan game PS yang sedang dimainkan oleh Frans. Laki-laki itu tampak fokus menatap layar dengan kedua tangan yang bergerak lincah pada stik ps. Tatapannya lurus ke layar, raut wajahnya terlihat datar.

Jarum jam yang terus bergerak diabaikan begitu saja oleh Frans, ia terlalu larut dalam permainan PSnya sampai ketukan di pintu kamar beserta dengan wajah bunda yang menyembul dari balik pintu juga sama sekali tidak menghentikan tangan Frans yang bergerak sana sini di atas stik PS.

"Ya Tuhan Frans, ini sudah jam tujuh pagi dan kamu masih main PS. Ini kamu niat sekolah atau nggak sih?" Bunda beracak pinggang di hadapan Frans, lalu dalam sekali sentakan stik ps milik Frans dirampas oleh bunda.

Frans menghela napas panjang, lalu mendongak menatap bunda. "Kayaknya Frans demam deh, Bun. Nggak usah sekolah aja ya."

Bunda menggelengkan kepala, tangannya terulur menyibak poni Frans dan menyentuh dahi anak semata wayangnya itu. "Nggak panas dan kamu nggak demam. Jangan bohongi Bunda, ini kamu sudah telat. Sekolah gih, ini juga hari sabtu dan senin nanti kamu sudah UTS. Bagi nomor kan hari ini?"

Ahh tolong Frans cara membohongi bunda.

"Bun ..."

"Nggak usah banyak alasan, ayo cepat sekolah," putus Frella, bunda dari Frans.

"Tapi Bun ..."

"Tapi lagi, bunda kutuk kamu jadi batu. Cepatan berangkat sekolah."

Dan akhirnya Frans mengalah untuk mengambil seragam pramukanya yang tadi ia taruh di atas tempat tidur. Frans mengancingkan seluruh kancing pada seragamnya kecuali bagian teratas, sedangkan celana pramuka sudah daritadi ia pakai. Frans segaja tidak memasukan bajunya ke dalam celana dan itu membuat Frella berdecak. "Kamu tuh yang rapian dikit kalau sekolah, rambut panjang, muka kusut, seragam berantakan. Ini kamu mau sekolah atau mau mangkal di terminal sih Frans?" decak Bunda.

Frella lalu membantu Frans untuk merapikan rambut Frans dengan menyisirnya, sengaja juga Frella menyemprotkan minyak wangi ke tubuh Frans. "Kamu mandi kan Frans, nggak cuma cuci muka dan sikat gigi doang atau jangan-jangan kamu tayamum aja?" tanya Frella

Frans menyengir saja dengan pertanyaan retorik bundanya, lalu ketika ia melirik ke arah jam. Frans sudah tahu bahwa hari ini ia akan bolos pelajaran pertama karena ini sudah lewat jam tujuh pagi dan ia akan masuk ke sekolah lewat pagar samping. Sejak kapan sih telat ke sekolah jadi penghalang buat masuk ke sekolah, bagi Frans.

Frans mencium pipi Frella singkat lalu menyalim tangan Frella. "Berangkat dulu Bun." Frans segera berlarian keluar kamar meninggalkan Frella yang sedang menggelengkan kepalanya menatap punggung Frans yang sudah menjauh.

Punya anak satu tapi ngurusnya kayak melihara ayam seratus biji.

-Flesh Out-

Dari balik jendela, Frans mengintip ke dalam kelasnya. Lalu setelah merasa tidak ada tanda-tanda sosok yang dipanggil teman-temannya dengan sebutan Bu guru ataupun Pak guru. Frans menyunggingkan senyumnya lalu dengan percaya dirinya ia melangkah masuk ke dalam kelas.

Pukul delapan kurang dan Frans sangat bersyukur bahwa guru yang mengajar sedang keluar kelas. Frans masuk ke dalam kelas seperti tanpa beban, seluruh teman-temannya yang berada di dalam kelas menoleh segera ke arah Frans.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Flesh OutWhere stories live. Discover now