22. Ngedate (?)

134K 11.5K 824
                                    

Bagian Dua Puluh Dua

Jangan pernah mengejar cinta, karena cinta itu seperti sebuah bayangan. Apabila kamu berlari untuk mengejarnya maka dia juga akan ikut berlari dan semakin sulit engkau jangkau. -Bellazmr Quote.

-Flesh Out-

"Bagus yang mana, pita warna pink atau polkadot?" tanya Reina kepada Frans sambil menunjukan dua buah kuncir rambut berpita yang akan menjadi penganti karet cabe di rambutnya.

Frans menunjuk warna pink.

"Oke," kata Reina.

Reina lantas memberikan kuncir berpita polkadot kepada kasir dan hal itu membuat Frans jengkel setengah mati sedangkan Reina tampak biasa saja malah menyengir lebar karena apa yang baru saja ia lakukan.

Setelah menerima kantung kecil belanjaannya Reina segera mengajak Frans untuk keluar dari toko aksesoris perempuan itu.

Reina mengeluarkan kuncir yang tadi ia beli, lalu memberikannya kepada Frans. "Kuncirin."

Frans mendengus pelan. "Kuncir sendiri bisakan?"

Reina menyengir untuk menjawab pertanyaan Frans. "Maunya dikucirin. Ayo kuncirin, kan katanya suka rambut gue dikuncir." Dan tanpa banyak bicara lagi Frans mengambil kuncir yang tadi dibeli oleh Reina. Frans agak mengenjit sedikit saat menguncir Reina dalam posisi berdiri seperti itu.

Jujur ketika tadi jam istirahat Reina mengajak Frans untuk jalan, yang terpikir dalam pikiran Frans adalah ia yang akan berjalan di mall dengan seorang perempuan selayaknya manekin. Namun semua salah ketika Reina yang saat ini di sebelahnya berbeda dengan Reina yang biasanya.

Reina yang disebelahnya ini tampak lebih aktif, mungkin Reina di sebelahnya ini baru saja keminum susu dan*ow jadi bawaannya bergerak aktif, bicara sesuai umur, penuh perhatian, tidur selalu nyenyak. Yah kayak sepuluh tanda umum anak bergizi baik.

"Kita main yuk," ajak Reina. Tangannya menarik tangan Frans untuk mengikutinya, sedangkan Frans masih termanggu dengan perubahan sifat Reina. Ibarat es batu yang tiba-tiba dipanggang di kompor, sifat Reina mendadak jadi hangat.

"Gue pengen main banyak permainan, lo bayarin ya," kekeh Reina setibanya mereka di loket tempat pengisian kartu yang digunakan untuk bermain.

Frans menatap Reina heran dan ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyentuh dahi Reina. "Lo demam ya?" tanyanya.

Reina tersenyum, demi Tuhan Frans ngeri sendiri melihat senyum Reina yang begini.

"Reina," tegur Frans.

"Gue nggak demam kok, waktu kita itu tinggal lima hari lagi. Gue pikir dua hari ini, lo sudah start duluan untuk buat gue jatuh cinta dan gue nggak mau ketinggalan gitu aja. Kali ini biarin gue yang jalanin rencana gue." Reina lantas mengedipkan matanya sebelah, tangannya mendorong bahu Frans untuk menghadap ke tempat kasir. "Sudah sekarang bayar aja."

-Flesh Out-

Reina mengajak Frans untuk bermain Hockey Table. Frans menolak mati-matian karena ia tahu bahwa ia sama sekali tidak bisa bermain permainan itu.

"Ya elah Frans, masa cuma main beginian aja nggak bisa. Nyali lo cuma sebesar tumbuhan toge ya, main beginian takut," ledek Reina yang sudah memegang pemukul pada hockey table.

Frans tersinggung dengan ledekan Reina tadi dan akhirnya ia memilih menuruti tantangan dari Reina. Ia menaikan lengan seragam sekolahnya, memajukan tubuhnya sedikit lantas mengangkat sebelah alisnya. "Ayo."

Keduanya mulai bermain.

"Ih Frans dungu amat mukulnya itu ke sini bukan ke lantai," kekeh Reina. Seolah melupakan masalah yang tengah ia hadapi.

Flesh OutWhere stories live. Discover now