Bab 1 - Siaran Radio

40K 1.7K 154
                                    

Bab 1 – Siaran Radio

-Author POV-

Seorang pria berkumis tebal dibuat emosi, pasalnya sebuah mobil sedan berwarna ungu metalik, hampir saja menabrak dirinya disaat ia tengah memasukan tas ke dalam mobil.

"Woy! Gak liat orang segede gini?" teriak pria itu sambil berkacak pinggang.

Mesin mobil sedan itu mati, terlihat seorang gadis berusia sembilan belas tahun keluar dari bangku kemudi, gadis itu masih sempat-sempatnya membetulkan poni yang menutupi keningnya lalu ia tersenyum dan menghampiri pria berkumis yang hampir mati jika saja ia tak mengerem mobilnya dengan cepat.

"Eh Pak Andra" sapa Lucita tanpa dosa, ia malah memamerkan deretan gigi rapihnya saat ini, "Maaf ya Pak, aku gak sengaja ... tapi ternyata rem mobilnya pakem loh" ucap Lucita mengusap-ngusap mobil yang berada disampingnya.

"Astaga Lucita! Kamu punya dendam pribadi sama saya? Sampai-sampai mau tabrak saya pake mobil kamu?" tanya Pak Andra yang notabenya adalah produser radio Conexion tempat Lucita bekerja sebagai penyiar. Pak Andra mengeleng-gelengkan kepala, ia sendiri sudah lelah jika harus beradu argumen dengan penyiar seperti Lucita yang selalu pandai bersilat lidah.

"Tapi Bapak gak kenapa-kenapa kan? Gak ada yang terluka sama sekali kan?" tanya Lucita mengitari tubuh Pak Andra.

Pak Andra mendeham, raut wajahnya kini berubah menjadi lebih serius. "Ini bukannya jadwal siaran kamu? Kenapa masih ada disini?" tanya Pak Andra dengan penuh penekanan.

Lucita menepuk keningnya, "Ya ampun! Bapak sih ngajakin aku ngobrol ..." ia melirik jam tangannya, "Sudah jam tiga sore! Gawat aku kesiangan!" teriak Lucita histeris dan berlari meninggalkan Pak Andra yang menghela nafas panjang melihat kelakuan anak buahnya ini.

Lucita segera memasuki ruangan siaran, di dalam sana sudah ada Bunga yang menjadi operator di acara siaran yang dibawakan Lucita sore ini.

"Haduh Luci ... jam berapa sekarang?" gerutu Bunga saat Lucita duduk di bangku siarannya, Lucita hanya terkekeh tanpa menjawab pertanyaan dari Bunga, ia malah memakai headphone dan mulai bercuap-cuap seolah tak melakukan kesalahan sama sekali.

"Selamat sore, masih di conexion radio 88,9 fm bareng gue Lucita sang ratu baper ... selama tiga jam kedepan bakalan menemani kebaperan kalian, jadi jangan ganti frekuensi ya ... nah, buat kalian yang mau curhat dan request lagu yang mengakibatkan kebaperan berkepanjangan, gue tunggu ya ... dengan format seperti biasa, untuk awal ... rekan gue Bunga, bakalan puterin tiga lagu sekaligus buat kalian para baper lovers ... selamat mendengarkan" cerocos Lucita lancar seperti biasa, ia menaikan volume musik dan membuka headphonenya.

Lucita bangkit dari bangku siaran, ia mendekati Bunga lalu berbisik, "Gue mau ke kamar mandi dulu ya, nahan pipis itu ternyata gak enak ... sama kaya nahan rasa rindu" bisik Lucita membuat Bunga memutar bola matanya kesal.

"Dasar ratu baper!" umpat Bunga pada Lucita yang sudah keluar dari ruang siaran.

Lucita berjalan menuju kamar mandi dan segera menuntaskan hasrat buang air kecilnya yang sempat tertunda, namun ia mendengar suara kran air wastafel yang mengalir. "Siapa disana?" teriak Lucita dari dalam kamar mandi karena pada saat awal ia masuk tidak terlihat siapapun. "Siapa disana?" teriak Lucita lagi, namun tetap tak ada jawaban dari luar. Sehabis buang air kecil, Lucita keluar dan menuju wastafel untuk mencuci tangan, namun ia heran karena sebelumnya mendengar suara air mengalir namun sekarang tak ada sisa-sisa air di wastafel ini. Bulu kuduk Lucita berdiri, ia segera berlari menuju ruang siarannya kembali.

Dengan napas tersenggal-senggal Lucita melanjutkan tugasnya untuk siaran, kening Bunga mengkerut melihat Lucita yang terus mengatur nafasnya.

"Kenapa?" tanya Bunga tanpa suara.

IMPOSSIBLEWhere stories live. Discover now