Bab 10 - Kerjasama

9.3K 1K 94
                                    


Bab 10 – Kerjasama

-Author POV-

Rian turun dengan sangat gagahnya dari mobil dengan mengunakan seragam polisi resmi, membuat beberapa Brigadir Polisi Dua (BRIPDA) tersenyum melihatnya karena heran melihat Rian yang mengunakan seragam beserta pangkatnya ke kantor.

"Astaga! Pak Rian, ada apa tumben pake seragam? Baju hitamnya habis?" goda Reynold menghampiri Rian yang berjalan menuju meja kerjanya. "Apa ada pertemuan penting hari ini?" tanya Reynold ingin tahu.

Rian mendengus kesal, ia segera duduk dan membiarkan Reynold yang terus mengodanya. "Apa saya terlihat aneh? Sesekali saya ingin pakai seragam saat sedang menyidik" dalih Rian, melihat kerapihan seragamnya. "Saya hari ini akan melakukan penyidikan kembali soal kasus Maharani dengan salah satu infomant"

"Hahaha ... gak aneh sih Pak, kece abis" ucap Reynold mengacungkan kedua ibu jarinya. "Ohh ... jangan-jangan Pak Rian ada janji spesial dengan infomant itu ya?" Reynold menaik turunkan alisnya.

Rian mengetok kepala Reynold pelan sambil terkekeh lalu bangkit dari kursinya, "Saya harus bertemu Pak Ibrahim untuk laporan, dari pada harus disini dengar kamu!" ujar Rian meninggalkan Reynold yang masih berdiri di samping meja kerjanya.

"Pak ... Pak Rian, ciee merah mukanya merah!" goda Reynold lagi, tanpa memperdulikan Rian terus berjalan menuju ruang Pak Ibrahim.

Disisi lain, kini Lucita tengah diteror oleh kehadiran Maharani yang tengah menagis di dalam kamarnya. Membuat Lucita sedikit gusar karena masih mengantuk,

"Astaga, loe mau sampe kapan nangis? Udah dua jam tau" gerutu Lucita menutup kepalanya dengan bantal.

"Katanya kalo saya kesini gak berdarah-darah kamu gak akan takut?" ucap Maharani sesegukan.

"Iya, gue gak takut sama loe kalo kaya gini ... tapi suara tangisan loe bikin gue gak bisa tidur ..." ujar Lucita geram. "Lagian loe kenapa nangis sih?" tanya Lucita yang akhirnya bangun lalu menyandarkan punggungnya ke tembok. "Loe kenapa sih?"

"Pacar saya nikah sama orang lain" ucap Maharani sesegukan.

Kening Lucita mengkerut, "Astaga! Gue kira loe kenapa? Lagian masih aja kepoin matan" saut Lucita mengikat rambutnya lalu bangkit dari kasur.

"Dia bukan mantan, masih pacar saya" sela Maharani.

"Ya terus dia mesti jadi bujang lapuk? Inget loe udah meninggal! masa ia dia mau ngarepin loe?" gerutu Lucita membuka pintu kamarnya dan keluar celingak-celinguk mencari mamanya. "Mama ... " teriak Lucita ke arah dapur.

"Mama di depan" jawab mama ikut berteriak dari depan rumah, dengan segera Lucita menghampirinya.

"Mama lagi ngapain?" tanya Lucita sambil duduk dikursi.

"Lagi dangdutan, gak liat mama lagi nyapu?" gerutu mama sambil terus menyapu lantai. "Eh, waktu itu ada cowok gagah ke sini nyariin kamu siapa dia?" tanya mama mencari tahu.

Lucita bangkit dari kursi dan mendekati mamanya, "Rian kesini juga ma?" Lucita balik bertanya.

"Oh ... jadi namanya Rian? Siapa dia? pacar kamu? Kok kamu gak cerita sama mama kalo kamu punya pacar?" cerocos mama, sedangkan Lucita berjalan mundur menjauhi posisi mama. "Lucita Maheswari! Jawab pertanyaan mama ..." teriak mama saat sadar jika Lucita sudah tidak ada lagi di belakangnya.

IMPOSSIBLEWhere stories live. Discover now