Bab 12 - Terungkap

8.9K 932 62
                                    


Bab 12 – Terungkap

-Author POV-

Lucita mendekati Rian dan berbisik, "Om yang pake baju biru, dia tau semuanya! Ancam saja dengan pistol mu ..." Lucita mengedipkan sebelah matanya dan membiarkan Rian dibawa pergi kedua pria setengah mabuk itu keluar dari dalam cafe.

Kini Rian tengah dirangkul oleh dua pria hidung belang menuju deretan para wanita yang berada di depan cafe dan mereka menatapnya dengan liar seolah sedang menelanjanginya.

"Hey kamu tinggal pilih mau yang mana?" tanya pria berbaju biru menunjuk wanita-wanita berpakaian minim dan make up yang sangat tebal.

Belum sempat Rian mengucapkan kata-kata, tiba-tiba penjaga warung yang tadi ia temui di tengah jalan menghampirinya dan tanpa aba-aba dia mengarahkan sejata pada perut Rian.

Duarrrrrr ....

"Dia polisi! Ayo lari!" teriak orang yang sudah menembak Rian sambil menarik tangan pria berbaju biru sedangkan semua yang tengah berada disana berlarian kalang kabut.

Rian tergolek lemas sambil memegang luka tembakan diperutnya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya kini mengeluarkan senjata dari dalam kantung celananya lalu mengarahkannya pada pria berbaju biru yang tengah berlari menyelamatkan diri.

Duaarrrr ....

Dengan satu tembakan, Rian berhasil mengenai kaki pria itu hingga ia jatuh tersungkur di tanah. Lucita yang baru keluar dari dalam cafe dibuat panik melihat kondisi Rian yang berlumuran darah.

"Rian, kamu gak kenapa-kenapa?" tanya Lucita menghampiri tubuh Rian.

Rian mengeluarkan borgol dan memberikan pada Lucita, "Saya baik-baik saja, cepat borgol pria itu! Pastikan dia tidak kemana-mana!" perintah Rian diangguk Lucita yang segera berlari menuju pria berbaju biru yang tengah berusaha melarikan diri dengan menyeret-nyeret kakinya.

"Heii Om tua bangka! Jangan kabur!" teriak Lucita menarik tangannya dan memasangkan borgol itu. Lucita melirik Maharani yang berada disebelahnya sambil tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya.

Tak lama terdengar suara sirine dari dua mobil polisi yang kini sudah masuk ke area parkir cafe, merekapun segera turun sambil berlari menghampiri Lucita yang sedang berada di samping pria berbaju biru. "Anda baik-baik saja?" tanya seorang polisi, Lucita hanya mampu menatapnya sambil menganga.

"Tuhan ... betapa indahnya ciptaan-Mu ini ..." ucap Lucita terpaku, tanpa memperdulikan kata-kata aneh yang diucapkan Lucita, polisi itu segera mengangkat pria berbaju biru dan memasukannya ke dalam mobil polisi. "Kacang ... permen ... aqua ... mijonnn" gumam Lucita sambil mendelik sebal kearah polisi. "Astaga! Rian!!" Lucita menepuk keningnya karena ia sampai melupakan Rian yang tadi terluka.

Lucita mencari-cari keberadaan Rian yang kini sudah tidak ada di posisinya semula, suasana cafe terlihat semakin sepi ... beberapa orang digiring dan cafepun diberi garis polisi agar siapapun tak dapat masuk ke dalam sana. Lucita mendekati salah satu polisi untuk menanyakan keberadaan Rian, belum sempat ia bertanya, ponselnya sudah berdering hingga ia menghentingkan langkah kaki dan mengangkat telponnya.

"Rian? Kamu di mana?" saut Lucita dari sambungan telpon.

"Haha ... maaf saya pergi duluan, ternyata saya tidak baik-baik saja ..." jawab Rian dengan nafas yang terengah-engah menahan rasa sakit.

Lucita gugup, ia mengigit kuku tangannya "Kamu ke rumah sakitkan? Saya ke sana ya?"

"Tidak usah, kamu segera pulang ... pakai mobil saya, kuncinya masih tergantung di dalam mobil" Rian kembali mengatur nafasnya, "Oke Luci, hati-hati ya" pesan Rian dan sambungan telponpun terputus.

IMPOSSIBLEWhere stories live. Discover now