Bab 8 - Dia Mengikuti

9.5K 967 48
                                    


Bab 8 – Dia Mengikuti

-Author POV-

"Gue Lucita" jawab Lucita singkat. "Tadi loe tanya ciri-ciri cewek yang gue liat tadikan? Dia itu—" kata-kata Lucita terhenti dan tanpa aba-aba ia malah berlari. "Aaaaaaa ... " teriak Lucita terus berlari.

Sontak Rian segera mengejarnya, "Lucita!! Tunggu!" teriak Rian berlari lebih kencang, hingga akhirnya tangan Lucita mampu ia tahan. "Stop! Ada saya di sini" ucap Rian mencoba menenangkan Lucita.

Tangan Lucita begitu dingin, sepertinya ia benar-benar shock melihat sosok wanita itu. Bibir Lucita bergetar dengan nafas masih terengah-engah. "Gue takut" gumam Lucita pelan.

Rian merangkul tubuh Lucita, "Maaf saya lancang ... tapi sepertinya kamu memang membutuhkan bantuan saya" ucap Rian, ia membawa Lucita menuju mobilnya yang di parkir tak jauh dari posisi mereka saat ini. "Tak masalah jika saya antar kamu pulang?" tanya Rian diangguk Lucita lesu.

Rian membukakan pintu untuk Lucita lalu mengitari mobil dan ia masuk ke bangku kemudi, sepintas ia melihat Lucita yang terdiam, pandangannya kosong ke depan.

"Lucita" panggil Rian, Lucita terhenyak dan menengok ke arah Rian. "Sabuknya ..." ujar Rian menunjuk sabuk pengaman yang Lucita belum pasang.

"Oh, iya ..." jawab Lucita memasang sabuk pengamannya. "Maaf ya, gue jadi ngerepotin" saut Lucita merasa tak enak karena baru saja kenal dengan Rian. Lucita menarik nafasnya panjang, "Ini kejadian yang paling nyeremin selama gue hidup dunia ..." ucap Lucita membuka topik pembicaraan, sedangkan Rian mulai menacapkan gas mobilnya.

"Apa kamu punya kekuatan supranatural?" tanya Rian yang sedari awal merasa penasaran dengan Lucita.

Lucita memijat keningnya pelan, "Entahlah gue gak ngerti ini kekuataan apaan ... supranatural, suprasuprafit atau supardi namanya" jawab Lucita membuat Rian terkekeh mendengarnya. "Astaga! Bisa gila gue kalo gini terus ..." gerutu Lucita.

Rian tersenyum, menatap Lucita lekat "Soal sosok wanita itu kamu belum menjelaskannya pada saya?" Rian mencoba mengali informasi dari Lucita.

"Cewek itu pake dress warna merah, rambutnya panjang sebahu, kulitnya putih bersih, yang pasti dia lebh tinggi dari gue" jelas Lucita mengambarkan sosok wanita itu. Lucita menjentikan jarinya, "Oh iya satu lagi, di keningnya ada luka dan berdarah ... gue liat dengan jelas" tambah Lucita.

Rian mengangguk, "Apa dia bisa komunikasi denganmu?"

Lucita terdiam, ia mencoba mengingat-ingat lagi. "Dia sempet nanya sama gue, kamu bisa lihat saya?" ujar Lucita menirukan suara wanita itu. "Arghh ... udah deh jangan ingetin gue lagi, tapi ... loe tadi sendirian di sana ngapain?" Lucita balik bertanya.

Rian tersenyum, "Lagi memecahkan sebuah kasus" jawabnya to the point. Kening Lucita mengkerut, ia sama sekali tak mengerti apa yang dimaksud Rian. "Saya polisi" jelas Rian.

Lucita membelalakan matanya kaget, "Polisi? Pantes badan loe tinggi gede gini ..." entahlah ini sebuah pujian atau sindiran dari Lucita. "Haduh gue gak sopan dong sama yang lebih tua panggil loe gue" ujar Lucita terkekeh. "Piss Pak polisi, sekarang panggilnya saya kamu aja ya" ia membentukan jarinya huruf V.

"Haha ... saya tidak setua itu, umur saya masih dua puluh lima tahun ... tapi sepertinya suara kamu familiar ya ditelinga saya?"

"Wah ternyata siaran saya didengerin sama polisi juga" ujar Lucita tersipu, "Saya penyiar radio conexion ... tau ratu baper? Nah itu saya loh" jelas Lucita menai turunkan alisnya.

IMPOSSIBLEWhere stories live. Discover now