Bab 11 - Penyidikan Kasus

9K 910 33
                                    


Bab 11 – Penyidikan Kasus

-Author POV-

Setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, Lucita dan Rian segera tancap gas menuju sebuah cafe bernama Uno, wajah Lucita masih terlihat sangat pucat membuat Rian khawatir. Rian mengurangi kecepatan mobilnya, melirik Lucita yang duduk di sampingnya.

"Kamu masih shock soal tadi?" tanya Rian pelan karena takut Lucita kaget.

Pandangan Lucita lurus ke depan, ia menggeleng pelan dan melirik Rian, "Saya laper makannya diem" jawab Lucita polos, Rian tersenyum mendengarnya. "Soalnya saya rese kalo laper, kalo rese nanti bisa diturunin sama kamu ... duh sepertinya itu sangat menakutkan!" celoteh Lucita sambil memutar bola mata.

Rian kembali terkekeh, kepalanya menggeleng-geleng dengan tingkah Lucita. "Kamu kalo laper bilang dong, jadi kita bisa makan dulu" ujar Rian yang kini membelokan mobilnya dan masuk ke dalam sebuah restoran cepat saji. Lucita terperanggah dan menatap Rian lekat. "Kenapa? Kamu gak mau makan di sini?" tanya Rian heran karena melihat ekspresi wajah Lucita.

"Enggak, kaget aja! Ternyata cowok peka masih ada di dunia" ujar Lucita menggengam kedua tangannya seolah sedang terpesona pada Rian.

"Dasar bocah!" gumam Rian nyengir kuda, "Ayo turun!" ajak Rian keluar dari dalam mobilnya lalu memutar dan membukakan pintu untuk Lucita.

Lucita tersenyum, "Berasa tuan putri saya di sini" timpalnya.

Mereka berdua masuk ke dalam restoran dan memesan dua paket makanan, Lucita yang memang sedang sangat lapar terlihat fokus melahap pesanan makanan tanpa peduli dengan keadaan sekitar yang kini tengah memperhatikan meja yang ditempati Lucita dan Rian.

"Mereka liatin siapa ya?" bisik Rian ditelinga Lucita yang memang sedang duduk di sampingnya.

Lucita menghentikan aktifitas mengunyahnya, mulai melirik keadaan sekitarnya dan menaikan bahunya cuek. "Biarin aja, cuekin anggap mereka hantu gak keliatan!" ucap Lucita meneguk orange jus dihadapannya. "Astaga! Gue lupa kalo bisa lihat hantu ... dia nonggol" gumam Lucita mengalihkan pandangannya dari arah kanannya.

Rian mengerutkan keningnya, "Di sini ada juga? Oh Tuhan!" ujar Rian menepuk keningnya, tiba-tiba ponsel Lucita berdering, terlihat Lucita yang tengah kesulitan mengeluarkan ponsel dari dalam tas karena tangannya masih kotor oleh makanan. "Biar saya bantu" ujar Rian mengeluarkan ponsel Lucita dan membaca tulisan dilayar ponsel, "Mama kamu yang nelpon" tunjuk Rian.

"Aku sampai lupa kasih kabar Mama kalo pulang malam, sekarang udah jam delapan lewat ya?" ucap Lucita panik, ia mengelap tangannya asal dengan tissu lalu menekan tombol hijau.

"Dimana??" teriak mama Lucita nyaring.

"Aduh maaf Ma, Lucita lupa kabarin kalo mau pulang malam ..."

"Bagus! Sama siapa kamu sekarang?"

"Sama Rian kok, Luci ada kerjaan dulu"

"Rian? Cowok gagah itu?" suara sang mama kini berubah drastis, dari delapan oktaf hingga turun menjadi dua oktaf saja setelah mendengar nama Rian. "Bohong ya? Coba mana Mama pingin ngomong sama dia"

Lucita mendesah, ia melirik Rian yang sedang menghabiskan minuman sodanya. "Rian, Mama mau ngomong bisa?" tanya Lucita membuat Rian panik. "Riannya gak mau Mah" jawab Lucita segera tanpa menunggu jawaban dari Rian.

IMPOSSIBLEWhere stories live. Discover now