Bab 9 - Kasus Pembunuhan

9.6K 980 18
                                    


Bab 9 – Kasus Pembunuhan

-Author POV-

Rian turun dari dalam mobilnya, semalaman ia tidak bisa tertidur nyenyak lantaran terus memikirkan kejadian yang ia alami bersama Lucita, apalagi soal aroma melati yang melekat pada mobilnya membuat Rian membawanya untuk cuci steam sebelum berangkat kerja tadi.

"Pagi ,Pak" ucap salah satu polisi sambil hormat padanya.

Rian membalas hormatnya, "Pagi" jawabnya segera masuk menuju kantornya, terlihat beberapa meja yang berjajar di tengah ruangan yang sudah diisi pria berseragam polisi. Sedangkan Rian jarang mengunakan seragam polisinya dikarenakan tugasnya sebagai penyidik, dia lebih sering menggunakan pakaian bebas berwarna hitam yang membuatnya semakin gagah dan tampan.

Saat Rian duduk di meja kerjanya seperti biasa Reynold yang bertugas menyampaikan kasus-kasus pada Rian segera menghampirinya. "Kurang tidur sepertinya, Pak?" tanya Renold sambil menyimpan beberapa dokumen di atas meja kerja Rian. "Semalam, apakah ada bukti-bukti yang Bapak temukan?"

Rian mengeleng lesu, "Saya belum menemukan bukti otentik tentang kematian Maharani" jawabnya mulai membuka lembar demi lembar dokumen berisi berkas-berkas pembunuhan yang harus diungkap. Matanya tiba-tiba terhenti saat melihat foto seorang wanita berbaju merah. "Apakah ini Maharani?" tanya Rian, Reynold mengangguk. "Ini foto-foto saat mayatnya ditemukan?" Reynold mengangguk lagi. "Foto ini di tempat kejadian perkarakah?"

Reynold menganguk lagi, "Itu semua data-data tentang kasus pembunuhan Maharani Pak, beberapa bukti mengatakan jika Maharani sedang mabuk hingga kepalanya terbentur benda tumpul hingga tewas" jawab Reynold menjelaskan. "Saya permisi Pak, masih banyak tugas" pamit Reynold meninggalkan meja kerja Rian.

Rian memijat keningnya, "Tak masuk diakal" gumam Rian pelan. Ia kembali mengamati foto-foto Maharani, baju berwarna merah, rambut panjang sebahu, putih dan tinggi. Deg! Rian langsung teringat kata-kata Lucita semalam soal pengambaran hantu wanita berbaju merah yang ia lihat. Dengan terburu-buru Rian mencari foto yang mengambil wajah Maharani secara close up, "Ya Tuhan! Benar, ada luka dan darah dari keningnya ... apa mungkin sosok yang dilihat Lucita adalah Maharani? Ini diluar logika!" ucap Rian pada dirinya sendiri.

Segera Rian bangkit dari kursinya sambil membawa berkas kasus Maharani, "Pak ... sudah mau jalan lagi?" tanya Reynold saat Rian melewati meja kerjanya. Tanpa menjawab pertanyaan dari Reynold, Rian keluar dari kantornya. "Yah, dikacangin ..." gerutu Reynold kembali mengalihkan pandangan pada layar monitornya.

Dalam pikiran Rian saat ini tengah terfokus pada Lucita, ia harus menemui Lucita saat ini juga. Dengan memacu mobilnya cukup kencang Rian menuju rumah Lucita.

"Bodoh! Kenapa tadi malam saya tidak minta kontaknya" gerutu Rian menekan-nekan klakson mobilnya karena beberapa angkutan umum menunggu penumpang di tengah jalan.

***

Rian mencoba mengingat-ingat kembali dimana letak rumah Lucita karena semalam ia hanya mengikuti arahan Lucita tanpa melihat dengan jelas patokan-patokannya. Mobil Rian berkali-kali memutar tempat yang sama, hingga akhirnya ia menyerah namun ia ingat sesuatu. "Pos kamling! Iya letak rumah Lucita dekat pos kamling" gumamnya segera kembali memutar arah menuju jalan utama komplek Permata Hijau.

Gotcha! Akhirnya setelah lelah mengitari komplek akhirnya Rian mampu menemukan rumah Lucita. Ia segera memarkirkan mobilnya di depan pagar lalu keluar dan memasuki rumah Lucita yang kebetulan sekali pintunya tengah dibuka.

IMPOSSIBLEWhere stories live. Discover now