22

275K 14.6K 141
                                    

Selepas dari toko buku, keduanya pun memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen. Arga masih uring-uringan sendiri karena terlalu lama menunggu istrinya di toko buku.

"Ye malah diem, maaf yah," ucap Deeva untuk yang ke sekian kalinya, dan Arga masih bergeming, pandangannya fokus pada jalan di depannya.

"Nanti gue masakin yang banyak oke!" ucap Adeeva kembali, masih berusaha membujuk suaminya yang sedang dalam mode marah.

Deeva sangat membenci sikap Arga yang seperti ini, kalau marah pasti dia tak akan banyak berbicara. Gak marah aja banyak diemnya, apalagi marah?

Jika dia diberi sebuah pilihan, maka Deeva akan lebih memilih orang yang kalau marah itu suka ngeluarin kekesalannya, bukan seperti suaminya ini.

Adeeva menghembuskan napasnya dengan kasar, dia sudah kehilangan akal untuk membujuk suami anehnya.

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya mereka pun sampai di apartemen. Arga berjalan lebih dulu membuat Adeeva berdecak.

"Masih marah ternyata," gumamnya. "Aish! Kek cewek banget sih itu orang yang ngambek."

Adeeva menghentak-hentakan kakinya, ia jadi merasa kesal dengan suaminya. Ketika hendak masuk ke dalam lift, seseorang memanggil namanya, membuat Deeva mengurungkan niatnya.

Matanya membelalak, bagaimana bisa?

Di sana, tak jauh darinya ... Deeva melihat Jihan yang sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum.

Adeeva tersenyum menyambut Jihan. "Loh, lo di sini juga Han?"

Jihan mengangguk. "Mau balik. Lo mau ke mana?"

"Ha?"

"Lo mau ke mana Deeva?"

Adeeva gelagapan. "Eh ... itu, gue ... gue mau ke tempat sepupu gue."

"Sepupu?" Jihan merasa tak puas dengan jawaban yang diberikan Deeva. Setahunya, Adeeva tidak begitu dekat dengan para sepupunya ... apalagi harus mempercayai bahwa sepupunya tinggal di sini.

Keluarga Ayah Deeva itu keluarga kelas atas--sangat kaya, jadi tidak mungkin tinggal di apartemen kelas seperti ini, ya meskipun apartemen ini juga untuk kelas menengah ke atas.

Adeeva mengangguk. "Iya, sepupu gue ... anu ... dia nyuruh gue maen gitu. Eh, lo abis dari Tante lo Han?"

Jihan mengangguk mengiyakan. "Di rumah suntuk," jawabnya.

"Gak maen sama yang lain apa?"

"Rasi sama Mira lagi jalan kok, tadi sih ngajakin gue ... cuma gue keburu ada janji sama Tante gue sih. Lo langsung dari rumah Deev?"

"Ha? Eh nggak."

Jihan mengerutkan keningnya. "Terus?"

"Eh ini, gue ... habis dari toko buku."

"Beli apaan?"

"Ini," ucapnya sambil mengeluarkan satu novel bersampul merah jambu yang dibelinya.

Jihan menganggukan kepalanya. "Katanya novel itu seru. Ntar gue pinjem ya!"

"Idih, gak modal banget sih lo."

Jihan hanya cengengesan. Teman-teman Deeva memang seperti itu, mereka tak akan membeli novel yang sama jika ada salah satu temannya telah mempunyai novel tersebut. Kalau kata Mira yang notebene anak indekos itu hemat.

Setelah bercakap-cakap dengan Jihan yang hampir memakan waktu lima belas menit, Deeva pun mempercepat langkahnya menuju apartemen. Dia lupa kalau suaminya masih dalam mode marah.

Begitu sampai di apartemen, dilihatnya Arga yang sedang tertidur meringkuk di sofa depan televisi. Adeeva menggelengkan kepalanya, ia jadi merasa bersalah....

Setelah menyimpan tas slempangnya, tanpa mengganti baju ... Adeeva pun melangkahkan kakinya ke dapur. Ia akan memasak untuk suaminya. Berhubung dia sudah kelaparan, Deeva hanya membuat nasi goreng. Menu praktis.

Setelah menata nasi goreng yang dibuatnya, Adeeva pun kembali ke dalam bermaksud untuk membangunkan suaminya. Tetapi ternyata, Arga sudah tidak ada di tempat.

"Lah, ke mana tuh anak?"

Suara cipratan air menjawab pertanyaannya, mungkin suaminya sedang mandi. Deeva mengangkat bahunya acuh, kemudian masuk ke dalam kamarnya. Dipikir-pikir, ia pun butuh air untuk mendinginkan kepalanya.

Dua puluh menit kemudian, Deeva keluar dari kamarnya dan mendapati suaminya yang sedang duduk di sofa. Rambutnya masih basah. Arga terlihat tampan dengan kaos hitam yang mencetak tubuh atletisnya. Adeeva berdehem membuat suaminya menoleh sekilas, karena kemudian Arga beranjak dari duduknya dan pergi ke meja makan masih tidak mengeluarkan suaranya sama sekali.

"Ternyata lapar si dia," gumam Deeva seraya menahan tawanya.

Inilah yang Deeva suka dengan Arga, meskipun dia sedang dalam mode marah, soal makan Arga pasti selalu menunggunya. Kalau dipikirkan kembali, Adeeva sangat bersyukur sekali telah menjadi istri Arga.

"Enak gak?" tanya Adeeva memecah keheningan. Deeva mendengkus kala tidak mendapat respon apa pun dari laki-laki yang duduk di depannya.

"Arga...."

"Lo kalo marah kek cewek deh Ga, ih zebel!"

"Ar ... uhuk ... uhuk." Adeeva terbatuk-batuk karena terus saja berbicara ketika sedang mengunyah makanan dalam mulutnya.

Arga memutar bola matanya, kemudian dia menyodorkan segelas air mineral miliknya pada Deeva. "Kalo lagi makan, diem!"

Adeeva mengerucutkan bibirnya, tau istri tersedak itu malah dimarahi, harusnya kan disayang.

"Habisnya kan...."

"Stop Deeva! Nanti biacaranya."

Adeeva berdecak, kenapa suaminya sensitif sekali?

Kalau wanita sensitif itu wajar, misal karena datang tamu bulanan atau bahkan mengandung, kalau pria sensitif itu baru dipertanyakan.

"Arga...." panggil Deeva. Kini mereka berdua sedang menonton televisi.

Arga yang sedang bermain game di samping Deeva pun hanya berdehem menanggapi.

"Masih ngambek?"

Arga menoleh, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Bener?

Arga mengangguk mengiyakan.

"Serius?"

Arga mengangguk kembali tanpa ingin repot menjawab pertanyaan istrinya.

"Yakin?"

Arga mendesis, menyimpan smartphonenya ke dalam saku celananya. Kemudian membalikan badannya ke arah Deeva.

Adeeva tersenyum lebar kala melihat suaminya kini duduk menghadapnya. Duduk mereka berdekatan, sehingga lututnya saling bersentuhan.

Arga masih saja menatap istrinya yang cengengesan. Kenapa Deeva jadi manis sekali?

Arga kembali membalikan badannya, sekarang pandangannya lurus menatap layar kaca. Tangannya sedang memencet remote mencari channel yang menyuguhkan acara yang seru untuk ditonton sesore ini.

Adeeva masih cengengesan di tempatnya, ia baru menyadari jika suaminya benar-benar tampan. Sekarang ia tidak heran kenapa banyak perempuan yang begitu tergila-gila dengan suaminya, termasuk dua temannya.

---

Jangan lupa tinggalkan vote sama comment kalian ya! Recokin Arga sama Deeva kuy😎

Oh iya, aku tulisnya update cerita ini setiap hari kamis ya?
Tetapi kenapa bukan hari kamis aja aku update?

Oke, jadi hari kamis itu update wajibnya wkwkkwkwk
Berarti kalo aku updatenya bukan hari kamis itu lagi baik hahahaha bonus😎 kayak sekarang😆

Happy reading btw, semoga gak ngebosenin wkwkwkwk

Senin, 07 Mei 2018
Salam sayang

Ekapertiwi

Adeeva dan ArgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang