35

266K 14.1K 173
                                    

I'M BACK!

JANGAN LUPA BUAT VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA YA!

Terima kasih untuk antusias kalian selama ini😊

Happy Reading....

---

Arga mengusap pelan punggung tangan istrinya. Ia tahu, jika Deeva gugup, sangat gugup. Sebelum pergi ke kafenya, Arga menyempatkan diri untuk mengantar istrinya terlebih dahulu. Kini keduanya telah berada di depan restoran yang menjadi tempat makan malam Deeva dan Ayahnya.

"It's okay, semuanya bakalan baik-baik aja." Arga menatap Deeva seraya tersenyum, mencoba menenangkan istrinya.

Deeva masih bergeming di tempatnya. Kedua tangannya saling bertautan menandakan jika dia sedang gugup. Handphone yang bergetar membuat dia mengalihkan perhatiannya. Sejenak, dia menghembuskan napasnya dengan pelan sebelum membuka pesan yang diterimanya.

 Sejenak, dia menghembuskan napasnya dengan pelan sebelum membuka pesan yang diterimanya

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

"Ga," panggil Deeva membuat Arga menoleh.

"Semuanya bakalan baik-baik aja kan?" tanyanya memastikan membuat suaminya tersenyum, kemudian mengangguk. "Pasti. Istri gue bukan orang yang pesimis kok."

Deeva mengerucutkan bibirnya. "Ya udah, gue masuk ya."

Arga mengangguk. "Masuk gih, gue juga udah ditelponin Mas Rizal nih," ucap Arga seraya memperlihatkan layar handphonenya yang menampilkan panggilan masuk dari manajernya.

Akhirnya, dengan berat hati Deeva melangkahkan kakinya ke dalam restoran setelah sebelumnya dia bertanya terlebih dahulu, meja yang telah dipesan atas nama Ayahnya.

"Makasih Mbak," ucap Deeva seraya tersenyum.

Dia menghembuskan napasnya perlahan sebelum benar-benar melangkahkan kakinya menuju sang ayah.

"Maaf, Deeva terlambat Pah, Tan." Deeva tersenyum canggung.

"Gak papa sayang, duduklah," ucap Tante Silla dengan ramah, senyumnya tercetak jelas di wajahnya yang masih cantik meskipun dia sudah berumur.

"Duduk Deev." Wira berucap begitu putrinya masih bergeming di tempat.

Deeva menganggukan kepalanya. "Eh, iya Pah."

"Kamu sendiri Deev?" tanya sang ayah yang langsung diangguki oleh Deeva.

Wira pun mengangguk-anggukan kepalanya. "Kita tunggu Chelsea sebentar ya," ucapnya membuat Deeva mau tak mau mengangguk menanggapi.

Hatinya berdegup tak karuan, dia masih belum siap untuk bertemu dengan saudara tirinya. Saudara tiri? Ya, sepertinya akan menjadi seperti itu bukan?

Deeva tersenyum miring. Lihatlah sekarang, Ayah dan wanita paruh baya yang bernama Silla itu kini sedang berbincang dengan mesranya. Sebagian hati Deeva menghangat, oke ... ia harus mengerti jika ayahnya membutuhkan sosok seorang istri di hidupnya. Tetapi sebagian hatinya lagi tak rela. Ya, Deeva tak munafik jika dia masih belum rela melihat ayahnya bersanding dengan wanita lain selain ibunya.

Adeeva dan ArgaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz