04| Who's Lying Between Us?

35.9K 5.6K 2.7K
                                    

Ternyata belum seminggu update 4 bab. Yaudahlah. Anggep new year gift. Semoga kalian masih betah dan bisa bantu aku build up semangat untuk update. Kalau rame, malem sabtu/malming akan publish part baru.

Wajah Jeon di sini mewah bangetdan cocok ke mata abu-abu 🥺

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wajah Jeon di sini mewah banget
dan cocok ke mata abu-abu 🥺

Kalau kalian suka jangan lupa vote,
komen, dan share yaaa.


— — —


Setelah menikah, setiap harinya aku merasa semakin muda dan bukannya bertambah tua.

Kemungkinan besar karena hubungan kami yang tumbuh seperti remaja malu-malu saat berpacaran.

Ah, ya— tadi kami sarapan bersama tanpa mengulas masalah semalam. Berbincang singkat terkait pekerjaan. Selebihnya tenggelam pada pikiran masing-masing.

Tetapi saat aku menggosok gigi di depan wastafel, kutemukan tanda kecil lucu pada leher. Perbuatan liar Jeon semalam.

Refleks aku tersenyum dan tidak tahan untuk tidak merabanya. Kilas balik tindakan sensual kami di meja makan membuat perutku kegelian.

Lucu, tentu saja. Aku menganggap cap bibirnya adalah hadiah.

Terdengar konyol. Tetapi bagiku yang sulit berkencan setelah sibuk menjadi penulis naskah, hal ini termasuk unik dan menggemaskan. Sekarang aku baru mengerti kenapa banyak manusia menjadi bodoh saat menyukai seseorang.

Tidak ingin membuang waktu bercermin, aku bergegas kembali pada seluruh aktivitasku.

Jadwal harianku hanya bertemu dengan salah satu reporter berita untuk mengatur pertemuan dengan penggemar dan sesama komunitas menulis, barulah pukul dua nanti menemui adikku di kafe dekat kampusnya. Sedangkan Jeon sudah berangkat sekitar sembilan menit lalu.

Begitu pertemuan dengan reporter TV swasta perihal wawancara film selesai, aku pergi menuju kafe. Kupesan segelas kopi hangat bersama sepotong kue matcha.

Setelah minumanku habis setengah gelas, wajah adikku muncul di muka pintu sambil melambai tinggi-tinggi. "Noona!"

Shin Jaemin tersenyum lebar.

Aku hanya menyuguhkan Jaemin ekspresi datar saat mendekat. Segala tindak tanduknya tidak lepas dari pengamatanku. Kemudian dia duduk di hadapanku dan menenggak kopiku tanpa izin hingga tandas. Sangat normal.

Dia membesut bibirnya dengan lengan baju. "Noona, apakah kakak ipar sibuk?"

Mataku melotot karena sudah ahli menebak jalan pikirannya. "Jangan coba-coba mengusiknya."

"Ah, padahal mau minta tolong sebentar. Ada tugas sketsa yang belum rampung."

"Mengapa sejak aku menikah kau jadi lebih manja pada suamiku?" Aku mencibir dengan tampang dongkol.

OcéanorWhere stories live. Discover now