23| All Rivers Run to the Sea

34K 4.9K 3.6K
                                    

Rindunya udahan. Thanks ochild mau jadi anak baik. Boleh ga sih aku update lagi setelah 2k vote. Yuk semangat. Pasti bisa😊👌🌊

Oh, ya jangan lupa tagline. Kayaknya udah mulai lupa nih. Aku ingetin lagi, "ini bukan cerita sedih"

 Aku ingetin lagi, "ini bukan cerita sedih"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


— — —

"Mana hadiah kami?"

Cecilia menodongkan kedua tangannya padaku.

Saat ini sudah ada tujuh orang yang menghadangku di pintu masuk. Alexandra dan Cecilia menjadi orang paling dewasa diantara ketujuhnya.

Sempat kulayangkan tatapan satu persatu pada semua anak itu. Menyelidik apa yang mereka harapkan dariku.

"Hadiah?"

"Tidak mungkin lupa, kan?" Raut wajah Cecilia melunak.

Aku memasang mimik bingung. "Lupa apa?"

"Paman J belum memberi tahu?" sambar Dean. Wajahnya kelihatan kesal.

"Tentang apa?" Aku dan Dean saling tatap.

"Besok kita semua berpisah." Seorang keponakan laki-laki yang kulupa namanya mengendik. "Pertemuan keluarga hanya diadakan setahun sekali, maka sudah tradisi yang tua meninggalkan sesuatu berkesan untuk kami, orang-orang muda."

"Suamiku tidak memberitahu apa-apa tentang ini."

"Masa?" tanya Yoshio Chow, kakak Miso yang usianya sembilan tahun. Ia melipat tangan dengan congkak. "Terus hadiah kami bagaimana?"

Aku meringis tak enak hati. "Aku belum mempersiapkannya."

Yoshio berdecak. "Kalau begitu percuma ada keluarga tambahan. Sekarang bibi Runa pun tidak bisa memberikan apa-apa," cecarnya.

Anak perempuan di sebelah Dean ikut berdecak malas-malasan. Usianya setahun lebih tua dari Yoshio. Fitur wajahnya sangat pribumi Indian dengan frekles di sekitar tulang pipi putih-kemerahan. Rambut pirangnya dikuncir kuda, menyisakan poni tebal-ikal perpotongan kiri yang menjuntai melebihi dagu. Busana anak itu dari pundak hingga kaki punya nilai jual fantastis; mantelnya berwarna pink kalem sepanjang lutut, dihiasi pita putih pada bagian kerah, Stocking tinggi transparan, dan sepatu kulit hitam dua senti mirip bangsawan kelas A. Jelas sekali sifat anak ini serupa Yoshio.

(Pribumi indian : orang Amerika)

Aku masih hapal nama anak ini yang merengek tidak suka timun sepanjang makan malam. Julia Manon. Si kecil cerewet yang telah dididik untuk beradaptasi dengan lingkungan ayahnya sejak usia empat tahun. Pewaris tunggal Vendor dan supplier perkebunan cokelat, jagung, dan pertanian unggas serta penghasil produk olahan susu bagian Amerika Serikat. Keluarganya memiliki usaha agraris dengan sistem pertanian terbaik dunia. Tunggu, kepalaku agak pusing mengingat mereka semua.

OcéanorWhere stories live. Discover now