06| Tell Me About Yourself

31.7K 5.4K 2K
                                    

Selamat 11 hari bersama Océanor.

Ini beneran ceritaku yg paling cepet update. Lol. Enaknya gini, kalau ceritanya udah selesai, bisa update kapan pun.

 Enaknya gini, kalau ceritanya udah selesai, bisa update kapan pun

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Sesuai request, akan aku sertakan foto Mr. Kalinsky bermata kelabu sebelum masuk ke cerita. Ngedit matanya pun pakai rumus.

Bosen ga sih kalau update sering?

Tapi pasti ada yg menyepelekan dan males kasih feedback komen atau sebagainya :(

— — —




Entah kapan Jeon datang.

Tetapi ketika aku keluar dari kamar mandi sosoknya muncul di depan meja makan. Wajahnya kaku saat tengah berbicara dengan seorang pelayan.

Beberapa saat lalu aku terpaksa muntah di kloset karena tidak tahan dengan bau citrus yang seolah melekat di lubang hidungku.

Kini jeruk-jeruk penyebabku muntah sudah musnah dari meja makan. Dihabiskan atau bagaimana. Entahlah.

Jeon memutar badan, dan agak terperanjat melihatku seolah ada sesuatu yang salah.

Dia melesat menghampiriku dengan raut cemas. "Kau oke?"

Aku cuma bisa mengangguk dan menyahut pelan. "Sedikit masalah dengan pencernaan."

Jawabanku tidak sepenuhnya berbohong. Tetapi alis Jeon mengernyit. "Wajahmu pucat."

Aku menangkup pipiku. "Terlihat jelas?"

"Karena jeruk?" Kerutan muncul di dahinya.

Aku menggeleng. "Sudahlah. Tidak apa-apa."

"Jeruknya sudah disingkirkan."

Aku tertawa redup. "Terlalu berlebihan, Jeon."

"Nanti kau sakit," ujarnya tetap serius.

Bahuku melesak turun. Aku memberikan pandangan terkesima. Oh, Ya Tuhan betapa perhatiannya Jeon dan betapa beruntungnya aku.

"Jeruk takkan membuatku sakit."

Wajah Jeon pias, tetapi aku bisa melihat banyak kekhawatiran. "Esperidoeidiphobia* menjadi masalah jika diabaikan."

Es—apa? Aku bahkan kesulitan menghapalnya. Tetapi Jeon menyebutnya dengan lidah luwes.

*phobia citrus

"Kenapa tidak bilang apa pun tentang citrus, my sweetheart?"

Kami berdua kompak menoleh ke sumber suara. Ibu mertuaku berjalan terbirit-birit mendekat. Di tangannya menenteng kantung hijau tua.

"Ayo, kemarilah." Beliau menarik tanganku tidak sabaran dan menyuruhku duduk di kursi dapur kemudian membuka kantong berisi obat.

OcéanorOù les histoires vivent. Découvrez maintenant