09| Jeon, Are You Jealous?

35.5K 5.9K 2.7K
                                    

Update maljum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Update maljum. Tau kan artinya?

Iya. Artinya, bacanya bisa dicicil untuk 3 malem. Karena mulai minggu ini akan update 1 kali/perminggu.

Yg masih jadi readers hantu bener-bener deh.


— — —



"Runa, aku mau bicara."

Seharian aku kehilangan konsentrasi. Dompetku hilang. Aku menyadarinya sore ini. Benda itu tak ada di segala tempat—di kamarku, di setiap sudut rumah, kamar mandi, halaman depan, dan jalanan kompleks.

"Katakan saja."

"Bisa bicara sambil duduk?" pintanya.

Aku menoleh sekilas pada Jeon ketika sedang mengangkat bantalan sofa satu demi satu. "Aku bisa mendengarmu," ucapku, tapi aku sadar aku tidak bakal fokus mendengarkannya.

"Aku beli jet pribadi."

Aku merunduk mengecek kolong kursi. "Oh, wow. Keren." Dompetku tidak juga di sana. Kemudian berpaling pada deretan meja.

"Ada baiknya kita lihat pesawatnya besok."

Tidak mungkin dompetku di sudut ini. Aku mulai kesal. Pasalnya, dompet itu benar-benar barang penting bagiku. Selain ada alat pembayaran, adapula surat cinta dan kartu diskon. Dibanding itu semua dompetku adalah pemberian Danna lebih dari sepuluh tahun lalu. Belum juga ketemu, aku berjalan ke arah teras dengan panik.

Jeon membuntutiku. "Kau tidak keberatan?"

"Dompetku hilang. Bisa kita bicara nanti?" Aku tidak berniat mengabaikannya. Namun aku paling tidak suka diajak bicara saat sedang kehilangan barang.

"Baiklah." Dia menyerah.

Eh tunggu. Tadi Jeon bilang apa?

Aku berhenti melangkah dan berbalik padanya. Nyaris saja kepalaku menabrak batang hidungnya yang mancung. Jeon kelihatan kaget dan mundur setengah langkah.

"Barusan kau bilang apa?"

"Dompetmu hilang di mana?" Jeon mengembalikkan pertanyaan.

Aku mengibaskan kepala kukuh sambil menelan ludah. "Itu tidak penting sekarang," ucapku. "Katakan. Katakan yang kau bilang tadi." Kuharap aku salah dengar.

"Harus cari dompetmu dulu."

"Sebentar saja lupakan dompetku."

OcéanorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang