16| Mad at You

36.4K 5K 2K
                                    

Selamat dua bulan

Makasih untuk semuanya, terutama pembaca yang dari awal udah nemenin aku di océanor. Terima kasih juga kirimannya semangatnya ❤️

Makasih buat targetnya. Sebetulnya aku ga nyangka, 3k sebelum 24 jam, tapi kayaknya tulisan 'biar aku istirahatnya' ga kebaca deh hahaha. Aku pikir tercapainya 2 minggu kemudian 😂

Dasar bucin 😂

Well, sekarang aku tau rumus baru editing mata koch haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Well, sekarang aku tau rumus baru editing mata koch haha.

Akutu penasaran. Di sini siapa yang suka klik fotonya terus zoom bagian mata Jeon di foto-foto océanor? Siapa? Ngakuuu



— — —





Aku mulai jenuh menghitung mundur tiga hari sebelum keberangkatan ke Singapura. Terhitung tiga hari pula Jeon meninggalkanku ke Jepang pasca demam.

Aku belum pernah merasa sesepi ini sejak menikah. Rasanya kosong. Sedikit berbeda dari saat aku dan Jeon belum tidur bersama. Sebab, kali ini aku dan Jeon benar-benar tidak saling melihat wajah satu sama lain dalam sehari.

Dua malam tidur di rumah sendirian rasanya hampa dan tak nyaman. Apalagi rumah dengan segala kemegahan ini justru memperparah rasa sepiku. Tetapi rasa sepi itu bukan masalah dibanding kerinduanku. Aku rindu suamiku, tapi aku memaklumi Jeon tidak punya banyak waktu sesering yang kami inginkan untuk bertukar informasi.

Lima belas menit adalah waktu terpanjang bagi kami mengobrol di telepon. Tentu saja semua itu belum cukup. Aku belum puas mendengar suaranya dan ingin dia terus bicara sampai aku ketiduran. Aku sengaja menolak setiap kali dia ingin mengubah ke panggilan video. Rindu Jeon malah memperburuk rindukku.

Jeon dan segala pekerjaannya membuatku cemburu. Waktu senggangnya adalah sesuatu paling indah dari apa pun yang pernah Jeon berikan padaku selama ini. Melebihi jetnya. Karena saat bekerja, Jeon tidak banyak bersantai. Ia hanya dapat kelonggaran di atas jam sepuluh malam, dan aku tahu itulah waktunya istirahat. Kadang-kadang kegigihannya bekerja patut kuacungi jempol, tapi kadang-kadang buat kesal.

Aku kembali ke kamar setelah membereskan sereal yang baru dikirim petugas perumahaan dan menyusunnya dalam kabinet. Hari ini jadwalku padat. Aku berharap seluruh kegiatanku bisa mengubur kebosanan sambil menunggu Jeon kembali sore ini.

Aku mengabaikan sebuah pesan masuk ketika mobilku memasuki jalan raya. Menuju siang hari jalanan tidak terlalu padat merayap.

Kulirik ponselku sekilas. Rupanya pesan dari Jaemin. Anak itu terus mengirim pesan sejak dua hari lalu, dan tidak satu pun pesannya kubuka. Hanya aku baca melalui pop-up notifikasi.

58 pesan darinya hanya berisi;

Noona.

Noona, hubungi aku kalau sudah baca pesanku.

OcéanorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang