play with child

597 76 57
                                    

minggu pagi adalah waktu yang tepat bagi hanbin untuk pergi menemui dahyun. hanya saja, dahyun sedang tidak berada di indekosnya. dahyun sudah memberitahunya bahwa sejak sabtu sore, ia akan pergi ke rumah orang tuanya sekadar melepas rindu. biasanya dahyun memang akan pulang ke kediamannya dalam waktu dua minggu sekali. jadi, hanbin memutuskan untuk melajukan motornya ke sana, sekalian bertemu dengan kedua orang tua dahyun, karena dirinya juga sudah cukup akrab dengan pasangan kim.

07.30

hanbin : aku otw rumah orang tua kamu, ya.

dahyun : iya, hati-hati.

hanbin datang dua puluh menit kemudian setelah ia mengirim pesan obrolan untuk dahyun. kehadirannya disambut hangat oleh pasangan kim; terlebih ibu dahyun yang tentunya sangat senang bahwa kim hanbin memacari putrinya itu. semenjak ia tahu hanbin dan dahyun saling mengenal semasa mereka masih berstatus sebagai mahasiswa baru, ia sudah bisa membaca seperti apa sosok kim hanbin ini. selain tampan, hanbin juga merupakan pemuda yang baik dan perhatian. terlihat sekali dari caranya memperlakukan dahyun di sepanjang mereka saling mengenal dan masih berteman dekat.

“nak hanbin sudah sarapan?” tanya ibu dahyun sembari membawa hanbin ke ruang keluarga. sebelumnya ia meminta dahyun untuk segera membawakan secangkir teh hangat yang baru saja ia buat di konter dapur untuk hanbin. sedangkan ayah dahyun yang sudah berencana untuk mencuci mobilnya di halaman rumah pun memilih untuk melanjutkan rencananya selepas ia menanyakan kabar dan bertukar beberapa percakapan bersama pemuda itu.

“sudah, tan,” hanbin menjawab tanpa menghilangkan senyum sopannya.

“aduh, harusnya kamu jangan dulu sarapan kalo memang mau main ke sini, nanti kamu ikut sarapan bareng kami.” ibu dahyun tampak kesal, tetapi itu tidak bertahan lama karena ia juga tidak sampai hati memarahi hanbin.

“udah nggak apa-apa, ma. nanti aja kalo hanbin laper, aku bakalan nemenin hanbin makan,” timpal dahyun setibanya dia di ruang keluarga dan meletakkan cangkir teh milik hanbin di atas meja kaca.

“oke, oke. tante ke dapur dulu, ya. bentar lagi adik tante juga mau ke sini. biasalah, udah lama nggak ketemu; melepas kangen.” ibu dahyun tertawa singkat, hanbin mengikutinya.

ibu dahyun pun meninggalkan keduanya di ruang keluarga. hanbin, seperti biasanya, mengusapi kepala dahyun, merapikan anakan rambutnya yang tidak terbawa kepangan satu di belakang kepala dan tersenyum hangat. “kemaren sinbi nggak ngebut bawa mobilnya, kan?” tanyanya, memulai.

“nggak, lah. dia mana berani kebut-kebutan gitu. dia aja kalo ada mobil sama motor yang ngeklaksonin suka kaget sendiri. heran,” gadis itu menjawab lugas yang lantas diangguki hanbin. “diminum gih, tehnya. mumpung masih anget.”

hanbin meminum teh yang dibawakan dahyun, lalu kembali membicarakan hal lain, termasuk menanyakan tugas kelas yang dahyun kerjakan tempo hari.

“tugasmu udah selesai?”

“udah. waktu itu dibantuin sama wooseok, soalnya dia yang paling ngerti urusan microsoft excel,” sahut dahyun.

mendadak ekspresi hanbin berubah. “aku juga jago, kok. seharusnya kamu minta bantuan aku aja. nggak perlu ke wooseok segala.”

ucapan itu direspons dahyun dengan tawanya yang terdengar renyah. “apa sih, bin. maksud aku, wooseok kirimin file tugas microsoft excel-nya lewat email, nggak ketemu secara langsung. ya kaliiii aku nyuruh dia dateng ke indekos malem-malem.”

hanbin yang semula sudah menunjukkan sisi cemburunya, kini merasa lega bukan main. bukan apa-apa, hanya saja dari beberapa teman di kelasnya yang berteman dengan wooseok―pemuda yang berada satu kelas dengan kekasihnya ini―bilang bahwa wooseok diam-diam mengagumi dahyun. dan yang lebih parahnya lagi, wooseok berkata tidak masalah apabila hanbin mengetahuinya. selama wooseok tidak mencoba merebut dahyun dari sisinya, maka hanbin tidak perlu mendatangi wooseok lalu memulai sebuah perkelahian yang alasannya tidak jauh dari masalah hati dan perempuan.

kim hanbin | ft. kim dahyunWhere stories live. Discover now