open the door like a gentlemen

197 51 22
                                    

hanbin baru saja mendapat telepon dari hwang minhyun―salah seorang teman sekelas semasa sma-nya―dan meminta hanbin untuk datang pada acara kumpulan teman terdekat yang akan diselenggarakan di kafe sederhana miliknya. hanbin tentu tidak menolak kesempatan untuk menghadiri acara itu, sebab sudah lama pula ia dan teman-temannya tidak saling bertegur sapa; hanya sebatas melakukan perbincangan singkat lewat pesan obrolan maupun video call.

si pengusul acara kumpulan itu membebaskan mereka yang hendak hadir untuk membawa pasangan masing-masing. tanpa perlu berpikir panjang, hanbin pun serta merta mengajak dahyun, tatkala mereka sedang berada di kantin untuk menikmati segelas teh manis dingin di tengah cuaca terik ini.

“yang,” panggil hanbin, menatap gadisnya yang sedang memainkan sedotan minumannya.

“hm?”

“hari sabtu besok aku diundang buat datang ke acara kumpulan teman-teman sekelas, dan katanya kalo mau bawa pasangan juga boleh. jadi... aku mau ajakin kamu ke sana. kamu mau, kan?” katanya ringan.

“ooooh oke.” dahyun mengangguk-angguk. “kumpulannya di mana, emang?”

“kafenya minhyun; temen sma-ku,” jawab hanbin. “minhyun itu hebat, lho. di usianya yang masih muda, dia bisa buka usaha sendiri. mana usaha kafe pula. ditambah dia orangnya ganteng jadi yah, pastinya kafenya nggak bakalan pernah sepi dari pelanggan.”

dahyun tertawa kecil mendengar penuturan kekasihnya. “kamu juga sama, kaliii. semisal kamu niat buka kafe sendiri, dijamin pelanggan yang datang kebanyakannya cewek. ah udah deh, pokoknya kamu nggak bakalan aman. pasti digenitin terus,” ujarnya, menggeleng demi menampik pemikiran menyebalkan yang mampir ke benaknya.

“lagian, aku juga nggak ada niat punya kafe, kok,” hanbin menanggapi celotehan gadisnya. “bahaya kalo sampai kamu dibakar api cemburu. bisa abis aku sama kamu.”

“tuh, tahu.” dahyun menyengir. “nggak, bin. aku bercanda doang. itu terserah kamu mau punya kafe sendiri atau nggak. mana bisa aku menghalangi keinginan kamu, kan?”

hanbin tak lagi berbicara. tangannya kini sudah mengusak gemas rambut bagian depan dahyun, sementara gadisnya itu hanya terkekeh-kekeh pelan lalu kembali menikmati minuman dinginnya, sebelum mereka beranjak untuk pulang.

*****

hari acara kumpulan akhirnya tiba. tidak ada anjuran bagi mereka untuk menggunakan pakaian seperti apa demi menghadiri acara tersebut. karena itulah, dahyun memutuskan untuk mengenakan kaus putih polos lengan pendek yang dibalut dengan sweter turtleneck rajutan berwarna biru muda, pun dipadukan dengan celana jins hitam yang memeluk pas kakinya. rambut panjangnya ia cepol tinggi-tinggi seperti biasanya; gaya rambut miliknya yang akhir-akhir ini hanbin sukai.

“cantik banget, day. sumpah,” sinbi memuji hasil polesan makeup naturalnya di wajah dahyun. senyumannya terkembang sempurna saat ia melihat dahyun memerhatikan pantulan dirinya di cermin rias sambil tersenyum semringah.

“gue jamin, tuh si hanbin bakalan makin lengket sama lo,” timpal eunseo yang baru saja selesai mengenakan masker lumpur yang dipesannya secara online.

“paan sih, kalian.” pipi dahyun merona merah. “hehe. makasih, ya, sinbi-ku sayanggg!” ia beranjak berdiri dari kursi meja rias untuk memeluk sinbi erat-erat.

“daaaay, awas makeup lo luntuuur! rambut lo juga nanti berantakan...”

“sinbi anying! dahyun kalaupun makeup-nya luntur kagak bakalan kelihatan! orang si dahyun kulitnya putih bener!” sungut eunseo, menanggapi reaksi berlebihan sinbi karena mendapat serangan pelukan itu. “lagian, day, lo ceritanya kagak pake makeup pun nggak masalah juga. kulit lo tuh udah kelewat putih. gue iri jadinya.” eunseo memajukan bibir bawahnya.

kim hanbin | ft. kim dahyunWhere stories live. Discover now