is asleep

277 59 76
                                    

beberapa hari pasca hanbin mengikuti acara amal itu, ia jatuh sakit. sekujur tubuhnya menggigil dan suhunya tinggi. hanbin segera menghubungi dahyun perihal kondisinya itu, dan betapa cemasnya dahyun saat sang gadis mendengar suara hanbin yang parau dan sengau.

sebenarnya hanbin sudah mulai merasa tidak enak badan semenjak ia mengajak dahyun pergi ke rumah orang tuanya, tetapi hanbin tidak mengatakannya. ia enggan membuat gadisnya terlampau khawatir hanya karena masalah tidak enak badannya itu.

“kamu di mana sekarang?” tanya dahyun tidak sabaran.

“di kosan,” sahut hanbin, cukup lemah.

“aku otw ke sana,” dahyun berbicara dengan nada tidak terbantahkan.

“kuliahmu gimana? katanya ada kelas pagi?”

“nggak ada. dosenku di kelas pagi nggak bisa masuk. gantinya di hari lain. jadi aku bakal masuk kelas siang,” jawab dahyun kemudian.

“ya udah, sayang. tiati di jalannya,” pinta hanbin lembut.

“aku ke indekos kamu dianter sama sinbi,” beri tahu gadis berambut panjang tersebut. “tunggu, ya.”

belasan menit kemudian, hanbin mendengar suara mesin mobil di depan halaman indekosnya. hanbin yang masih dalam keadaan lemah itu pun memaksakan diri untuk membukakan pintu indekosnya, menyambut kedatangan dahyun yang tengah menenteng sekantung plastik makanan di tangan kanan. sementara itu, sinbi hanya membuka kaca mobilnya sejenak untuk menyapa hanbin dan mengucapkan kata, “cepet sembuh, bin. maaf gue nggak bisa turun dulu. ada urusan mendadak,” kepadanya.

“makasih, bi,” tutur hanbin pada sinbi.

sinbi mengangguk, lantas melajukan mobilnya meninggalkan indekos hanbin.

“ya ampun, bin, badan kamu panas banget!” dahyun melotot tidak percaya begitu ia menyentuhkan punggung tangannya ke kening hanbin. “kok, nggak pergi ke dokter, sih? kalo sakit kamu makin parah, gimana?”

“ayo masuk dulu.” hanbin segera membawa dahyun masuk ke indekosnya lalu menutup pintunya rapat. “udah, aku nggak apa-apa. cuma demam doang, nggak bakalan lama.”

“apanya yang nggak lama?!” pekik dahyun. “kamu tuh suka ngaco! ayo ke dokter sekarang!” ajaknya bersikeras.

“nggak usah, sayang. aku...”

“daniel sama june mana?”

“kuliah,” hanbin terpaksa menjawab pertanyaan kekasihnya daripada melanjutkan perkataannya yang dipotong gadis itu.

kadar kepanikan dahyun kian meningkat. “tuh, kan? mana sekarang daniel sama june lagi kuliah, terus kamu sendirian di sini. kalo ada apa-apa gimana? kalo kamu pingsan, gimana? kalo...”

“sssssh. jangan mikir kejauhan.” hanbin melingkup pipi gadisnya dengan sepasang tangannya yang panas.

suhu tinggi pemuda itu dengan cepat dirasakan dahyun di pipinya. rasa-rasanya dahyun ingin menangis, sebab setelah diperhatikan lebih jelas, wajah kekasihnya tampak pucat. bibirnya pecah-pecah dan kering, sepasang matanya sayu dan sedikit berair, tetapi hanbin masih bisa memberinya senyuman paling manis dan tulus yang ia punya.

“bin, kamu nggak mikirin rasa khawatir aku, apa?” lirih gadis itu, menahan isakan. “aku bener-bener khawatir, bin. aku nggak bisa bayangin kamu sendirian di sini, terus tiba-tiba kamu pingsan gitu aja dan nggak ada yang tahu...” dahyun tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis lebih lama lagi. kepalanya menunduk, bahunya bergetar hebat. lekas hanbin menarik tubuh mungilnya ke dalam pelukan seraya mengusap-usap belakang kepala gadis itu perlahan.

kim hanbin | ft. kim dahyunWhere stories live. Discover now