Prolog

2.9K 326 310
                                    

Roda sepeda itu terus melaju kencang dengan seorang gadis mungil yang tengah mengayuh pedal dibalik kemudi rangka besi. Tubuhnya yang mungil, rambut ikat ekor kuda ia mengayuh pedal dengan raut wajah yang ceria. Namun beberapa saat suara yang tak asing memecah konsentrasinya hingga tiba-tiba bruukkkk.

Tangis gadis mungil itu pun seketika pecah menggantikan raut wajah cerianya. Terdengar derap langkah kaki mungil anak laki-laki yang tergesa-gesa berlari menghampiri. Anak laki-laki itu sebaya dengannya hanya saja perawakannya memang terlihat lebih tinggi dibanding gadis itu.

“Kamu gak papa kan Mel?” sapa anak laki-laki tersebut.

Gadis kecil itu tetap diam, mematung sembari mengatur deru napasnya yang tersengal.

“Maafin Arkana ya Mel, jangan bilang sama abang kamu. Aku cuma iseng kagetin kamu.” Dengan penuh rasa penyesalan, anak laki-laki itu mengatakannya dengan terbata-bata.

Lalu suara teriakan seorang wanita memecah ketegangan diantara mereka.

“Astaga Amell!!!!!” seru wanita itu.

Ya, wanita itu adalah ibu Amelia, gadis mungil dengan rambut ekor kuda. Dengan penuh rasa cemas dan khawatir akan kondisi anaknya yang terluka, sang ibu mencoba menenangkan anaknya.

“Arkana, Amel kenapa kok bisa jatuh begini?”

“Maafin Arkana Tante, tadi Arkana iseng ngumpet dibalik semak-semak terus kagetin Amel. Amel kaget pas Arkana teriak, terus jatuh Tante,” dengan terbata-bata anak laki-laki itu mencoba menjelaskan kronologi.

Gadis mungil itu pun pulang bersama sang ibu dan meninggalkan anak laki-laki yang masih terpaku di tempat yang sama.

◎◎◎

Keesokan harinya, Arkana mendapati Amelia sedang bermain di halaman rumahnya. Arkana bergegas masuk ke dalam rumahnya teringat akan sesuatu yang baru saja dibeli oleh ibunya untuk sebuah acara di rumahnya. Ya…kue muffin, kue favorit Amelia. Arkana nekat mengambil dua buah kue muffin dan tak lupa menuliskan sepucuk tulisan didepan bungkus kue muffin tersebut.

Arkana minta maaf sama Amel. Begitu bunyi dari pesan singkat yang ditulis oleh Arkana dibungkus kue muffin.

Arkana bergegas berlari keluar rumah dan menuju rumah Amelia yang letaknya hanya bersebelahan dengan rumahnya. Dilihatnya gadis mungil itu sedang bermain sendirian, pengasuhnya tidak nampak sedang berada disampingnya. Dengan penuh keberanian Arkana menghampiri Amelia yang sedang asyik dengan beberapa boneka barbie koleksinya.

“Amel, Arkana bawa muffin kesukaan Amel nih. Pasti Amel seneng deh.”
Gadis mungil itu memperhatikan raut wajah Arkana. Penuh dengan penyesalan namun kesan tengilnya masih tetap melekat.

“Kita baikan ya Mel… Arkana janji deh gak akan iseng lagi sama Amel.”

Dengan raut wajah yang ceria, gadis mungil itu mengambil kue muffin yang dibawa oleh Arkana. Gadis mungil itu tersenyum membaca coretan Arkana di bungkus kue.

“Arkana dimaafin kan Mel?” Anak laki-laki itu melontarkan pertanyaan dengan penuh harap diraut wajahnya.

Terbiasa setiap detik bersama sebagai teman sepermainan, membuat Arkana tidak bisa berlama-lama membiarkan Amelia marah karena ulahnya yang memang terkadang membuat Kakak dan Ibu Amelia geleng-geleng kepala. Gadis itu melahap kue muffin yang dibawa oleh Arkana lalu menganggukkan kepalanya membalas pertanyaan Arkana.

“ASYIKKK!!!!” Anak laki-laki itu berteriak dengan sangat kencang saking senangnya.

Mendengar teriakan Arkana, Kevin—kakak dari Amelia—keluar rumah. Kevin yang terpaut umur dua tahun lebih tua dari Amelia sudah duduk di bangku SMP.

“Eh ada Arkana ternyata, kenapa Na teriak? Abang kaget loh tadi.”

Dengan raut wajah penuh kegembiraan, Arkana hanya menjawab pertanyaan Bang Kevin dengan senyum tiga jari khas milik Arkana. Melihat reaksi Arkana, Kevin hanya tersenyum simpul. Sejenak memahami kondisi bahwa Arkana sudah berdamai dengan adik kecilnya yaitu Amelia.

◎◎◎

Bait Pertama (A Novel)Where stories live. Discover now