Putih Abu-abu #02

887 212 347
                                    

Tepat seminggu yang lalu masa perkenalan SMU Arkana dan Amelia. Pendaftaran ekstrakurikuler SMU Harapan Bangsa mulai dibuka. Arkana dan Amelia sibuk menentukan ekstrakurikuler apa yang akan mereka ikuti untuk menunjang nilai akademik mereka. Dari ekstrakurikuler olahraga, kesenian, hingga organisasi semua formulir mereka kumpulkan.

Hingga pada suatu siang saat Amelia menunggui Arkana di kantin sekolah untuk makan siang, Galang pun menghampiri Amelia.

“Hai… aku boleh join meja?” Dengan ramah Galang menyapa Amelia.

“Ha? Oh I—iya Kak boleh,” jawab Amelia dengan sedikit gugup.

Galang pun langsung duduk di meja tempat Amelia menunggu Arkana. Lima menit berlalu tanpa salah satu diantara mereka mencoba memecahkan suasana hening diantara mereka. Hingga pada akhirnya Galang pun memecahkan keheningan diantara mereka.

“Sendirian aja? Tumben. Pacar kamu kemana?”

“Ha? Pa—Pacar Kak?” Amelia masih dengan perasaan gugup menjawab pertanyaan Galang.

“Iya, aku sering liat kamu berangkat sama pulang dianterin cowok. Kalo gak salah cowok itu anak IPS 1 ya?”

“Ha? Oh maksud Kakak, Arkana?”

“Oh pacar kamu namanya Arkana ya.” Galang merespon dengan anggukan sambil tetap menyantap menu makan siangnya.

“Arkana itu sahabat aku Kak dari kecil. Bukan pacar aku.”

“Oh ya? Tapi chemistry kalian dapet banget loh. Cocok, serasi.” Galang masih merespon dengan senyum manis khas Galang.

Melihat Galang yang duduk berdua dengan Amelia yang notabene adalah seorang murid baru. Banyak mata memandang keberadaan mereka, dan tak segan satu dua orang siswi menyindir Amelia.

“Dasar ya anak baru! Udah berani-berani aja!” sindir salah seorang siswi senior yang lewat di sebelah kursi Amelia.

Galang yang mendengar celetukan siswi tersebut langsung memalingkan pandangnya kearah siswi itu. Siswi itu sudah tak asing lagi bagi Galang, ya…dia adalah Diva. Seorang siswi kelas 11, anggota OSIS, dan teman satu kelas Galang.

“Apasih Div, hari gini masih jaman lo nyindir adek kelas? Sini gabung gak usah sewot gitu.” Galang merespon dengan santai ulah temannya itu.

“Idih ogah deh. Ngapain gue join sama anak baru. Ogah banget.” Diva merespon Galang dengan nada yang ketus.

Menyadari banyak mata yang memandanginya secara diam-diam dan apalagi setelah mendegar perkataan Diva, Amelia menjadi tidak nyaman bersama Galang.

“Em…Kak, aku pamit ke kelas duluan ya.”

Saat Amelia berniat beranjak dari kursinya, Galang dengan sigap menggenggam tangan Amelia untuk mencegah Amelia pergi.

“Kamu tersinggung sama kata-kata Diva? Jangan dimasukin hati, orangnya emang kaya gitu. Duduk lagi lah, aku masih mau ngobrol-ngobrol sama kamu. Gini-gini aku jelasin soal Diva.”

Penjelasan Galang membuat Amelia penasaran perihal apa yang akan Galang ceritakan padanya.

“Diva, dia temen seangkatanku. Anak OSIS juga. Dia dulu pernah suka sama aku. Gak tau deh sekarang. Setiap aku lagi ngobrol sama perempuan, dia pasti sewot. Padahal dia bukan siapa-siapa.” Galang tersenyum kecut mengingat tingkah Diva.

Mendengar penjelasan Galang, Amelia hanya diam dan tidak bisa berkata-kata. Antara bingung dan diselimuti perasaan tidak nyaman karena semakin banyak mata memandanginya dengan Galang. Bukan hanya siswi, kini mulai ada beberapa siswa yang ikut melihat dirinya dengan Galang. Ya maklumlah sejak awal masuk SMU, Amelia sudah banyak yang mengincar. Baik teman seangkatan hingga kakak kelas. Termasuk Galang, seorang ketua OSIS yang diam-diam memperlakukan Amelia secara spesial sejak pertama kali masuk ke SMU.

Bait Pertama (A Novel)Where stories live. Discover now