Hari Biru #04

393 134 161
                                    

"Ya kalo dibilang suka sih ya suka Na. Secara dia itu sempurna banget di mata gue Na. Dan dia juga selalu belain gue kalo gue diserang sama Diva. Tapi kayanya high risk banget deh Na kalo gue lanjut sama Galang. Aduuuhh bingung gue Na! Lo ngapain sih nanya gituuuuuu! Bikin gue tambah frustasi tau gak!” Amelia mengusap wajahnya dengan kasar lalu menjatuhkan kepalanya ke meja untuk kesekian kali.

“Terus lo jadi masuk OSIS?”

“Ah ini lagi. Lo wartawan apa gimana sih Na sekarang ha?”

“Yaudah gue diem deh. Gausah gue kasih pendapat nih ya berarti?” goda Arkana.

“Jangan gitu dong Na! Gitu amat lo sama gue.”

“Jadi?” tanya Arkana dengan muka penasaran tingkat dewa kepada Amelia.

Jika dari mulut Amelia terlontar kata-kata bahwa ia benar-benar akan masuk OSIS, maka Arkana mempunyai tugas yang lebih berat lagi. Arkana mau tak mau harus ikut masuk organisasi itu, padahal Arkana adalah anak yang anti organisasi. Ia lebih senang bergabung dengan hal-hal yang berbau dengan seni dan olahraga. Terbukti Arkana selalu rutin berlatih basket selain itu di rumahnya pun terdapat berbagai macam gitar, dari yang classic hingga elektrik.

Semua formulir ekstrakurikuler yang Arkana kumpulkan belum satu pun ia isi, alasannya tak lain dan tak bukan karena Amelia. Deadline pengumpulan tinggal esok hari, Arkana harus meyakinkan kembali pilihan Amelia agar sahabatnya tidak salah menentukan pilihan.

“Enggak deh Na kayanya.”

Mendengar jawaban Amelia, Arkana sedikit lega. Tanpa ia memberi warning lebih, sahabatnya pun perlahan menentukan pilihan sesuai dengan isi hati dan kepala Arkana. Karena memang bagi Arkana, Amelia tidak akan aman dan nyaman dalam organisasi tersebut. Terlebih lagi dengan keadaan yang semakin sulit bagi Amelia.

“Wah asik nih, bener lo? Ntar plin plan lagi,” goda Arkana dengan wajah tengilnya.

“Kayanya yakin deh gue Na. Kemarin sih bingung, tapi kejadian hari ini yang bikin gue yakin.”

“Kayanya mulu lo. Iya iya, nggak nggak. Yang yakin dong.”

“IYA ARKANA!” Amelia menjawab dengan berteriak dan tatapan matanya yang sedikit melotot kepada Arkana.

“Hahaha santai dong. Terus mau ikut apa lo?”

“Kalo lo apa Na?”

“Paling basket, apalagi bakat gue cuma itu hahaha,” jawab Arkana sambil memainkan petikan irama gitar classicnya.

“Yaudah gue ikut cheers aja kali ya. Biar bisa semangatin lo Na! hahaha,” jawab Amelia dengan memasang wajah sok imut di depan Arkana.

Arkana yang mendengar jawaban Amelia terlihat cuek dan tidak menggubris sikap sahabatnya itu. Namun sepandai-pandainya Arkana untuk terlihat tetap cool dan cuek di depan Amelia, gadis itu tetap menyadari bahwa sahabatnya sedang dilanda rasa salah tingkah yang luar biasa.

Arkana selalu tidak bisa menyembunyikan ekspresi saat Amelia menggodanya. Dan hal itu terlihat sangat lucu bagi Amelia. Wajah Arkana yang mendadak memerah mirip seperti buah tomat ranum.

“Hahaha gausah GR deh lo! Pura-pura serius main gitar lagi huuu! Dasar musisi gadungan!” goda Amelia dengan sedikit mengacak-acak rambut sahabatnya itu.

“Paan sih Mel!” Arkana memasang wajah pura-pura kesal.

“Gak usah sok kesel gitu. Muka lo aja udah kaya tomat hahaha. Udah ah gue cabut ya Na ntar nyokap gue nyariin lagi gue gak di rumah. Daaa!”

Bait Pertama (A Novel)Where stories live. Discover now