Putih Abu-abu #01

1.4K 249 277
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 06.30 WIB, hari pertama mereka duduk di bangku SMU. Seperti biasa, Arkana sudah siap dengan seragam khas anak SMU duduk di jok motor sembari menunggu Amelia di depan rumahnya. Tak lupa juga Arkana berteriak beberapa kali memanggil-manggil Amelia yang tak kunjung nampak batang hidungnya.

“Mellll!!! Buruan, keburu telat nih. Ahelah hari pertama juga, Mel!”

Mang Diman, penjaga rumah Amelia terlihat berlarian dari dalam rumah dan bergegas membukakan pintu untuk Arkana.

“Masuk dulu Den, Non Amelia masih siap-siap di dalem.”

Arkana yang sudah nampak kesal karena ia tak ingin hari pertamanya masuk sekolah sudah harus terlambat, memutuskan untuk menghampiri Amelia ke dalam rumah. Arkana berlari menuju dalam rumah Amelia sambil meneriaki nama Amelia. Arkana sudah terbiasa seperti itu dan sudah menganggap rumah Amelia adalah rumahnya sendiri. Begitu pula Amelia saat di rumah Arkana, sering menghabiskan kue muffin ibu Arkana secara diam-diam.

“Mellllll!!!! Ayo dong buruuuuu,” teriak Arkana saat mendapati Amelia masih sibuk mengenakan sepatu balet hitamnya.

“Iya iya Na, bawel banget sih. Masih 30 menit lagi masuknya, deket juga. Santai aja boyyy.” Amelia menjawab omelan Arkana dengan sekenanya sambil mengambil satu slice roti tawar yang sudah disiapkan oleh Bi Inah, orang yang mengurusi keperluan Amelia sejak Amelia kecil.

Karena orangtuanya sering keluar kota, maka Bi Inah lah yang bertugas megurusi Amelia dan juga kakaknya, Kevin.

“Loh Mel, gak jadi nebeng Abang kamu?" Kevin turun dari kamarnya dan menghampiri Amel.

“Enggak ah Bang, nebeng yang satu tempat aja sekalian. Amel berangkat ya Bang.” Sambil berjalan keluar dan melambaikan tangan kepada kakaknya yang juga akan berangkat bersekolah.

Ibu Amelia sengaja tidak menyuruh Amelia satu sekolah dengan Kakaknya, tujuan awalnya agar Amelia lebih mandiri. Namun ternyata Ibu Amelia salah, masih ada Arkana yang sejak SD selalu masuk di sekolah yang sama dengan Amelia. Sedikit banyak Arkana lebih tau soal bagaimana Amelia di sekolah dibandingkan orangtuanya sendiri.

Diatas motor ninja merah kesayangan Arkana, mereka berdua meluncur menyusuri jalanan ibu kota yang mulai terlihat hiruk pikuk. Hari pertama SMU Arkana dan Amelia cukup berbeda dibandingkan dengan siswa SMU pada umumnya. Di sekolah mereka tidak ada tradisi ospek, namun diganti dengan materi pengenalan sekolah. Mereka tidak harus bersusah payah mengenakan pakaian yang tak jarang membuat mereka malu untuk mengenakannya.

Kurang lima menit bel sekolah berbunyi, mereka berdua tiba di sekolah. Banyak sekali kakak kelas mereka yang berdiri di depan gerbang sekolah untuk menyambut siswa baru.

“Selesai parkir motor, murid baru langsung kumpul di lapangan dulu ya.” Seorang siswa laki-laki menghampiri mereka. Perawakannya yang tinggi dan putih, style yang modis lengkap dengan jaket almamater OSIS.

Amelia yang sadar akan kehadiran sosok kakak kelasnya langsung menjawab dengan senyuman dan kata-kata yang lirih, “I—Iya Kak…”
Mata Amelia tak henti terus memandangi kakak kelasnya. Arkana yang menyadari tingkah Amelia langsung berteriak memudarkan lamunan Amel yang mematung disampingnya.

“Woi! Bangun buk. Masih pagi udah ngelamun aja. Ayo ah buru, mau lo dihukum?” Arkana bergegas menuju lapangan meninggalkan Amelia.

“Na! Tunggu!” Amelia sedikit berlari mengejar langkah Arkana yang begitu cepat.

Mereka berdua bergegas berbaris mengikuti pola barisan yang ada. Terlihat kakak kelas yang tadi menghampiri mereka sudah berdiri di depan podium dengan membawa beberapa lembar kertas.

“Selamat pagi adik-adik siswa baru. Perkenalkan saya Galang ketua OSIS di SMU Harapan Bangsa.”

“Oh ketua OSIS dia Na. Ganteng banget ya, Na.” Amelia berbisik kecil kepada Arkana yang berbaris di sebelahnya.
   
“Paansii, bisa diem gak lo,” jawab Arkana dengan ketus.

“Ehem…” Terlihat seorang kakak kelas wanita yang juga mengenakan almamater OSIS mendekati Amelia dan Arkana.

Dengan sigap Amelia langsung membenahi posisinya berbaris, Amelia terlihat tertib hingga acara penyambutan yang dilakukan oleh ketua OSIS selesai. Sambutan tak berlangsung lama, lima belas menit kira-kira. Setelah itu mereka langsung diarahkan menuju kelas mereka masing-masing.

Kali ini Arkana dan Amelia tidak masuk dalam kelas yang sama. Untuk pertama kalinya mereka terpisah, Arkana berada di kelas 10 IPS 1 dan Amelia berada di kelas 10 IPS 3. Seharian mereka berkegiatan di kelas dengan berbagai macam pengarahan serta pengenalan lingkungan sekolah yang dilakukan oleh pihak sekolah dan OSIS.

Pukul tiga sore mereka telah diperbolehkan untuk pulang. Kelas Arkana selesai lebih cepat dibandingkan kelas Amelia. Seperti biasa, Arkana tidak pernah bosan menunggui sahabatnya itu untuk pulang bersamanya. Lima menit menunggu, sosok Amelia muncul dengan raut wajah yang sumringah. Melihat tingkah Amelia, Arkana pun dibuat penasaran olehnya.

“Widih, girang amat lo. Kenapa ha?” goda Arkana.

“Mau tau aja deh lo, Na hahaha.”

“Soal kakak kelas yang tadi pasti yakan? Nih helm lo pake!” Arkana bersiap menaiki motor kesayangannya.

“Hahaha tau aja sih lo. Baik tau dia Na, tadi gue dibantuin sama dia pas disuruh isi formulir ekskul. Kata dia gue disuruh ikutan OSIS, katanya gue cocok.”

Sepanjang jalan Amelia terus mengoceh menceritakan sosok kakak kelas OSIS yang baru ia kenal hari ini. Siapa lagi kalau bukan Galang. Pria berkulit putih dan tinggi jangkung yang telah membuat hati Amelia tidak berhenti berdecak kagum dibuatnya. Arkana yang sibuk mengendalikan laju kuda besinya hanya diam dan mendengarkan ocehan Amelia yang tidak putus dari sekolah hingga sampai di rumah mereka.

“Udah sampek. Turun gih!” ucap Arkana singkat tanpa menanggapi ocehan Amelia tentang sosok Galang.

“Ah lo gak asik ah. Tadi aja penasaran, giliran gue cerita lo gak respon. Nih helm lo! Ambil sana!” Dengan muka sedikit kesal Amelia masuk ke dalam rumahnya.

Melihat tingkah Amelia yang sedang kesal membuat Arkana tersenyum tipis dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

◎◎◎

Bait Pertama (A Novel)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें