Bitterlove #03

183 26 36
                                    

"Loh ada Maudy juga! Wah asik nih. Ayo ayo, Dy masuk. Udah anggep aja ini rumah sendiri, rumah Arkana emang terbuka kok buat umum. Udah kaya barak pengungsian emang.”

“Iye, lo yang sering ngungsi di rumah gue. Ngabis-ngabisin jatah makanan gue aja lo!”

“Biarin aja wekkk,” ejek Amelia sembari menjulurkan lidahnya kepada Arkana. Maudy pun hanya merespon ajakan Amelia dengan senyuman tipis di wajahnya.

“Mel, lo temenin Maudy dulu ya. Gue mau mandi dulu, jangan lo hasut yang enggak-enggak si Maudy. Gue jitak lo nanti!” 

“Apaan deh. Gue kan anak baik-baik, Na. Emangnya lo!” ujar Amelia kepada Arkana. Amelia yang duduk terlebih dahulu di ruang tamu mencoba memulai percakapannya dengan Maudy. “Sini Dy, gue mau kepo banyak nih sama lo.”

Mereka berdua pun larut dalam perbincangan pada malam itu. Amelia yang mulai terlihat terbuka dengan Maudy menunjukkan sikap aslinya yang tidak banyak orang tau. Amelia yang banyak bicara, seperti yang dikatakan oleh kakaknya dan Arkana bahwa Amelia benar-benar seorang bayi bawel.

Tingkah lakunya yang tak jarang manja seperti anak-anak dan juga mulutnya yang tidak bisa berhenti untuk berbicara kepada orang yang sudah ia anggap dekat. Dan beruntunglah Maudy masuk dalam kriteria orang yang dianggap dekat oleh Amelia karena ia sekarang menyandang status sebagai kekasih dari sahabat karibnya.

Namun hal itu tidak berlaku bagi Maudy, ia menunjukkan sikap yang bertolak belakang dengan Amelia. Dalam sesi perbincangannya dengan Amelia ia terlihat lebih pasif. Tidak terlalu antusias dan hanya banyak mendengarkan hal apa saja yang menjadi topik pembicaraan diantara mereka yang dilontarkan Amelia.

Sepertinya Maudy masih menyimpan rasa cemburu butanya kepada Amelia. Maudy sebenarnya tahu bahwa perasaan itu tidak boleh ia biarkan berlarut-larut karena tentu Arkana akan sangat terganggu dengan sikapnya yang over protective. Namun tetap, ia tidak bisa membohongi nuraninya. Maudy belum sepenuhnya bisa menerima Amelia dalam kehidupan barunya bersama Arkana.

“Heh, Maudy lo ajakin ngobrol apaan? Gak lo hasut yang aneh-aneh kan?” ucap Arkana yang sudah terlihat segar seusai membasuh tubuhnya dengan guyuran air.

“Kasih tau gak ya…,” ucap Amelia sembari menggoda pasangan baru yang sedang duduk di depannya itu.

“Kami ngobrol apaan sama Amelia?”

“Ha? Em–” Maudy yang sedari tadi tidak begitu menyimak obrolan Amelia pun bingung menjawab pertanyaan Arkana.

“Yaelah takut amat sih bucin baru ini. Udah ayo kapan kita double date?” ucap Amelia kepada Arkana.

“Ah yang ada ntar gue jadi obat nyamuk lo sama si ketos! Ih ogah gue. Ya kan, Dy?” ucap Arkana kepada Maudy yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Maudy.

“Udah ayo buruan bikin jadwal ya, keburu Galang sibuk ujian nih. Sekarang aja udah sibuk bimbel mulu, pusing gue jadi dikacangin sama Galang. Makanya gue ngenes tadi di rumah cuma sama Bi Inah.”

“Hahaha kasian amat sih lo, Mel. Emang enak lo dikacangin ha? Makan tuh bucin!” ucap Arkana mengejek Amelia seraya mengacak-acak rambut Amelia secara sepontan tanpa ia sadari bahwa Maudy melihatnya dengan sangat jelas. 

Arkana dan Amelia pun terlihat larut dalam candaan yang saling dilontarkan oleh mereka. Seperti sahabat yang sudah lama tidak bertemu, mereka terlihat hangat dan sangat akrab malam itu. Jika boleh berkata jujur, Arkana sangat merindukan Amelia. Arkana merindukan suasana bertukar candaan seperti saat ini dengan Amelia.

Karena hanya dengan Amelia, ia bisa menjadi dirinya sendiri. Karena dengan adanya Amelia, Arkana dapat merubah dirinya menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Semua karena Amelia, hidup Arkana terasa lebih berwarna. Mel, gue seneng banget bisa becanda kaya gini lagi sama lo.

Bait Pertama (A Novel)Where stories live. Discover now