Bitterlove #02

185 29 35
                                    

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat hingga mengantarkan mereka ke masa-masa akhir tahun pertama mereka menyandang status sebagai siswa SMU. Masa awal SMU mereka lalui dengan penuh warna, suka duka sudah mereka lewati bersama. Amelia, Arkana, dan Maudy kini resmi menjadi siswa kelas 11 dan Galang resmi menjadi siswa SMU kelas 12—tahun terakhir baginya menjadi seorang siswa sebelum ia menyandang status sebagai mahasiswa.

Hubungan Amelia dengan Galang pun sedang berada difase manis-manisnya, tiada hari yang tak indah saat mereka lalui bersama. Hanya ada satu dua batu kerikil yang menghalangi mereka karena kesibukan Galang sebagai ketua OSIS yang akan segera purna tugas, membuat Amelia sering mengeluh jengkel kepada Galang. Galang pun menjadi sedikit kesulitan untuk membagi waktu antara OSIS, bimbel, dan Amelia. Prioritasnya benar-benar sangat diuji.

Hubungan Arkana dengan Maudy pun berjalan seperti biasa, manis? Mungkin. Arkana pun mulai mencoba selalu berada di sisi Maudy begitu pula dengan Maudy yang selalu berada di sisi Arkana dimana pun Arkana berada. Mulai dari latihan basket, berangkat dan pulang sekolah bersama, bahkan sekadar berjalan-jalan keliling mall. Meski sebenarnya Arkana bukanlah tipe laki-laki yang doyan nge-mallhanya ada dua wanita di hidupnya yang rela ia beri waktunya berjam-jam di mall yaitu sang ibunda dan juga Amelia.

Arkana pun perlahan kini mulai terbiasa dengan jarak yang tercipta diantara dirinya dan Amelia. Kini, Maudy lah yang dengan setia selalu berada disampingnya. Gadis yang memiliki sedikit kemiripan dengan Amelia, yang sejenak dapat membuat Arkana menjadi merasa tenang, seolah-olah Amelia selalu ada di dekatnya.

Bayi Bawel: 03.00pm
Heh manusia sombong! Ada di rumah gak lo, ada yang mau gue klarifikasi nih!!!

Tatkala Arkana sedang berlatih basket bersama teman-temannya, ada satu pesan yang masuk dan seketika membuat ponselnya yang sedang berada di dekat Maudy pun berdering. Terlihat jelas dari notifikasi di layar ponsel Arkana yang tertulis “Bayi Bawel”, benar pesan itu berasal dari Amelia. Maudy yang belum mengetahui panggilan itu pun merasa terkejut dan menaruh curiga perihal siapa yang telah mengirimi Arkana pesan singkat.

“Hai Dy… Makasih ya,” ucap Arkana yang duduk di samping Maudy seraya meneguk air mineral pemberian gadis itu.

“Nih, di HP kamu ada pesan masuk,” ucap Maudy tanpa basa-basi dengan Arkana.

“Dari siapa?” tanpa mendegar jawaban dari Maudy, Arkana pun bergegas membuka ponselnya.

Terlihat jelas di raut wajah Maudy penuh dengan rasa curiga yang turut dibumbui dengan rasa cemburu. Sorot matanya yang mendelik tajam ke arah Arkana seolah menuntut laki-laki itu untuk memberikan penjelasan kepadanya sesegera mungkin. Namun tanpa di duga, Arkana pun terdiam tak bergeming setelah membaca pesan itu.

“Dari siapa? Kok namanya gitu banget.” Maudy pun akhirnya melontarkan pertanyaan yang sedari tadi tertahan di mulutnya.

“Hah? Gitu banget gimana?”

“Cewek ya? Kayanya dia lebih spesial dari aku. Nama kontakku aja masih namaku,” cecar Maudy yang menuntut penjelasan dari Arkana.

“Amel, Dy,” ucap Arkana dengan lirih seolah ingin meredam api cemburu yang sedang membakar hati Maudy—gadis yang kini telah resmi menjadi kekasihnya.

“Udah aku duga sih, emang Amel sespesial itu di mata kamu, Na dari dulu.”

“Apasih kok jadi drama gini, Dy? Kamu kan tau sendiri gimana aku sama Amel. Dari orok kita udah sahabatan kali Dy, masa masih jealous juga kamu sama dia?” ucap Arkana panjang lebar disertai dengan kekehan yang sama sekali tidak mendapatkan tanggapan dari Maudy.

“Ini tuh panggilan kakaknya Amel juga, Dy. Aku sama Bang Kevin suka manggil dia ini, ya karena dia itu masih kaya anak kecil. Aku pun kadang anggep Amel adik aku. Udah jangan drama lah, Dy. Lagi gak mood buat drama nih aku. Ya? Plisss?” ucap Arkana dengan nada sedikit memohon kepada gadisnya agar menyudahi berdebatan yang tak akan ada habisya itu.

Bait Pertama (A Novel)Where stories live. Discover now