Hari Biru #05

358 113 149
                                    

I’m Okay Mel…aku bersyukur kamu belum sempet jadi kaya Maudy. Kalau hal itu sampai kejadian ke kamu, aku gak akan bisa maafin diriku sendiri Mel.” Galang menatapnya dengan tatapan nanar.

“Kak besok aku mau jenguk Maudy…,” pinta Amelia kepada Galang.

Mendengar permintaan Amelia, Galang pun tertegun. Amelia memang gadis yang sangat perasa. Perasaannya begitu halus dan mudah sekali merasa iba kepada siapapun. Bahkan saat Amelia melihat pengemis di jalan pun ia rela turun dan menghampiri pengemis itu untuk sekedar memberinya makanan atau bahkan uang jajannya.

Dalam jangka waktu sebulan sekali pun Amelia rutin untuk mengunjungi panti asuhan bersama Arkana. Karena bagi Amelia, anak-anak disana pun memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya. Mereka berhak merasakan kebahagiaan, meski kebahagiaan itu mereka rasakan dari orang lain, bukan dari orang tua mereka sendiri. Namun setidaknya kedatangan Amelia dan Arkana dapat sedikit meringankan beban mereka.

“Em….kalau Kak Galang besok sibuk gak papa aku kesana sendiri aja Kak.”

“Eh, enggak kok besok aku free Mel.”

Thanks ya Kak udah cerita ke aku tentang semuanya. Secepatnya aku juga pengen minta maaf ke Kak Diva, barangkali aku punya salah sama dia.”

“Hah? Minta maaf? Kamu gak salah mel….,” sahut Galang khawatir.

“Mel, kamu gak salah apapun. Diva emang kaya gitu anaknya, track recordnya udah buruk semenjak dia SMP Mel. Dia selalu too obsessed sama orang yang dia suka, dan dia gak segan nyakitin siapapun yang ganggu bagi dia. Gak, aku gak mau kamu ketemu sama Diva! Kamu bisa bahaya Mel!” Galang menjawab dengan tatapan penuh kekhawatiran kepada Amelia.

Tak lama memang waktu Galang mengobrol bersama Amelia untuk dapat menjelaskan situasi yang sangat rumit kali ini. Namun waktu satu jam sangat berarti bagi Galang, ia sedikit lega sudah menjelaskan semua kepada Amelia. Tepat pukul setengah duabelas malam Galang pamit untuk pulang.

◎◎◎

Tepat dua bulan sudah Amelia menjadi siswi SMU. Banyak sekali pengalaman baru yang Amelia alami, mulai dari suka hingga duka, namun pengalaman itu justru dapat membuat Amelia tumbuh menjadi lebih kuat. Tiga minggu telah berlalu pasca kejadian lorong sekolah antara Amelia dan Diva hingga melibatkan teman satu angkatan Amelia yaitu Maudy.

Tepat tiga minggu pula Diva, gadis jutek anak dari pemilik sekolah resmi di drop out. Diva resmi di drop out karena keinginan ayahnya, ia berkata terus terang dihadapan guru karena ia malu atas tingkah laku putrinya itu.

Namun juga berdesus kabar bahwa ayah Diva mendapatkan tekanan dari ayah Maudy yang bersikeras akan membawa anaknya ke jalur hukum jika Diva tidak diberi hukuman yang sama dengan siswa lainnya. Entah mana yang mereka sepakati, namun Diva telah resmi keluar dari sekolah itu.

Selepas kepergian Diva, kehidupan Amelia di sekolah pun perlahan mulai tertata. Amelia yang mulai diterima oleh teman-temannya begitu pula saat ia mengikuti ekskul. Amelia memilih mengikuti ekskul cheerleader seperti yang sudah ia katakan kepada Arkana. Ia ingin terus memberikan support kepada sahabatnya itu saat bertanding.

Senada dengan Amelia, Arkana pun menepati perkataannya kepada Amelia dan mengikuti ekskul basket. Bahkan Arkana pun saat ini sudah ditunjuk menjadi seorang kapten basket berkat kemampuannya yang luar biasa dalam bermain bola basket.

Tak heran jika kemampuan Arkana dalam bermain basket sangat memukau, ia sudah menggeluti dunia basket sejak ia masih kecil. Ayahnya yang juga hobi basket menurunkan bakatnya kepada Arkana. Meskipun Arkana juga pandai dalam seni musik, ia tidak lantas memilih ekskul yang berhubungan dengan musik. Karena Arkana selama ini tidak lah begitu percaya diri untuk tampil dihadapan orang lain.

Bait Pertama (A Novel)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin