Mengingat 14.

18.8K 2.8K 811
                                    




Mengingat 14.

"Setelah semua ingatan itu muncul,

sekarang waktunya kita mengingatnya.

Supaya kita bisa tidur nyenyak,

Dan merelakannya."

Ardan Sebuah Malam Tanpa Tidur, Bandung

❀❀❀❀

RUMI

Di setiap akhir hubungan, gue pasti nangis berulang kali. Selalu ada waktu seminggu atau bahkan lebih untuk gue gak punya nafsu makan, diem, dan gak bersedia ngomong sama siapapun.

Lalu setelah gue selesai dengan diri gue sendiri, gue akan pergi ke Meta, Marsel, dan Ravel.

Minta dihibur.

Seminggu awal pasca hubungan berakhir, gue akan sedih setengah mati.

Seminggu setelah pasca hubungan berakhir, gue akan seneng setengah mati.

Prosesnya selalu begitu.

Gue selalu menyalahkan diri sendiri, merasa menyesal tiba-tiba, terus-menerus kecewa dan marah sama diri sendiri, dan selalu merasa gue belum 'cukup' memberikan yang terbaik sampai mereka ninggalin gue.

Tapi setelahnya, gue sadar kalau ada beberapa hubungan yang gak perlu diperjuangin lagi.

Memang harus pisah aja.

Memang bukan dia orangnya.

Dan gue pantas untuk mendapatkan yang lebih baik.

Gue pacaran dari SMP.

Waktunya jadi lebih sering ketika gue SMA. Gue pernah pacaran sama kakak kelas yang anggota OSIS, gue pernah pacaran sama temen les gue.

Waktunya juga beragam -yang paling cepat seminggu dan itu memang pas gue SMP, jadi masih labil. Tapi rata-rata semua berakhir di 3 bulan. Alasannya macam-macam -gue diselingkuhin, gue dituduh selingkuh, ada yang tiba-tiba minta putus dan pas ketemu kita cuma diem-dieman, ada yang pernah nipu gue.

Masuk di masa kuliah, gue jadian cukup lama. Di awal kuliah, gue jadian sama temen satu SMA, namanya Hansel Ranara. Anaknya pendiem tapi baik, pinter, peduli, dan selalu perhatiin gue.

Satu tahun lebih, gue ngerasa ini adalah hubungan terbaik gue dengan seseorang.

Sayangnya di tengah semester 3, gue gak pernah dengar kabar dia lagi. Dia hilang kayak ditelan bumi, dan yang bikin gue lebih terpukul saat itu...

Kita gak pernah berantem. Gak ada yang salah, gak ada yang cukup besar buat jadi alasan kita harus pisah.

Dan dia ninggalin gue, gitu aja.

Gue jalanin hampir 2 tahun buat gak coba jadian sama siapa-siapa lagi, tapi waktu itu Reyhan dateng dan ngajak gue ngobrol di kantin jurusan Psikologi kampus gue.

Seolah kayak buka jalan.... kalau gue bisa kok.

Gue bisa lepas dari semua hubungan yang gagal di masa lalu untuk mencobanya dengan yang baru.

Untuk orang-orang yang gak begitu dekat dan gak mengenal gue, mereka akan pikir gue cewek gampangan.

"Cepet amat move on-nya."

Layak DiingatDär berättelser lever. Upptäck nu