CHAPTER 12

3 0 0
                                    

Niki sulit move on setelah putus dari Fay, Setiap hari dia mengawasi hpnya berharap Fay menghubunginya. Tapi itu tidak kunjung terjadi, Fay tidak pernah menghubunginya lagi. Niki merasa dunia ini sudah tidak indah lagi.

Hari ini saat break syuting Niki yang sedang bersama Vindo kembali gelisah. Niki langsung mencari hpnya, mengharapkan ada miscall dari Fay, atau chat, atau kabar apapun. Niki teduduk sedih, matanya berkaca-kaca, setelah melihat tidak ada kabar apapun dari Fay. Vindo sedih melihat kesedihan Niki, dia berusaha menghibur Niki, hanya itu yang bisa dilakukannya.

"Sudahlah Nik,lupakan dia!" kata Vindo.

"Dia benar-benar melupakan aku!" airmata Niki menetes, putus asa. "Aku gak tahan lagi,dia gak menghubungi aku?? kalau gitu aku yang akan menghubunginya!" Niki memencet hp nya dengan tangan gemetar menahan perasaan sedihnya, Vindo menghentikannya.

"Jangan!" Vindo mengambil hp Niki. "Dia tidak mencintaimu, pikirkan itu! berhentilah mengemis cinta padanya!" kata Vindo. Niki menangis, kata-kata Vindo sangat menyakitkan, tapi Niki juga menyadari kalau itu adalah kenyataannya.

Vindo menyesali kata-katanya yang agak keras pada Niki, dia duduk bersimpuh di depan Niki sambil menggenggam tangan Niki.

"Maafkan aku! Maaf udah keras sama kamu. Dia tidak mencintaimu, lupakan dia! Aku yang mencintaimu... Aku tau kamu gak mencintaiku, tapi tolong biarkan aku mencintaimu! Tolong beri aku kesempatan!" kata Vindo. Niki diam seakan tak terpengaruh.

"Aku tau kamu mencintaiku, tapi aku tidak ingin mendengar kata cinta dari kamu saat ini. Itu benar-benar tidak penting!" kata Niki dalam hati. Niki pergi begitu saja meninggalkan Vindo yang tertegun sedih.

Malam syahdu, Fay menghempaskan tubuhnya yang lelah ke tempat tidur. Fay memejamkan matanya, terbayang lagi wajah lembut itu, mata teduh bermagnet itu, yang telah mengisi hatinya. Belum pernah sebelumnya Fay merasakan perasaan seperti ini, seakan punya firasat bahwa wanita itu adalah belahan jiwanya, pasangan hidupnya, cinta sejatinya..

"Aku harus menemukannya! Tuhan, tolong pertemukan aku dengannya!" kata Fay lirih. Tiba-tiba handphonnya berbunyi, chat dari Niki.

'Hallo sayang, apa secepat ini kamu melupakan aku?'

Fay tertegun membaca pesan Niki. "Aku tidak boleh membalas pesan ini, aku tidak boleh memberinya harapan. Hubungan ini harus berakhir, aku bukan orang baik, aku rasa aku juga tidak mencintainya seperti yang aku pikir slama ini. Dia berhak dapat pria yang benar-benar mencintainya." kata hati Fay. Fay memutuskan tak membalas pesan Niki, Niki sangat kecewa.

Fay keluar dari kamarnya, berniat mencari udara segar, seakan ingin meninggalkan masa lalu bersama Niki yang baru saja menghubunginya lagi.

Fay melihat papanya yang sudah pakai baju tidur di lantai bawah, dengan segelas air putih di tangannya. Fay mendekatinya

"Ngapain Pa?"

"Hai! Nih ngegym...!" seloroh Bima, mereka tertawa. "Cari minum, haus!" kata Bima. Mereka duduk di ruang keluarga.

"So what next badguy? ayolah, apa kamu gak bosan gak ngapa-ngapain terus? Yaah papa terserah sih!" kata Bima santai. Fay terdiam sesaat, sebenarna dia juga jenuh dengan hidupnya akhir-akhir ini.

Iya sih Pa. Aku akan kerja lagi, tapi aku di perusahaan lain aja, Pa. Aku gak nyaman di pusat perbelanjaan. Oya, gimana kasus kemaren Pa?

"Biar Edison yang ngurus... Oke, mau ikut ke perusahaan properti, gak?"

"Iya, Pa."

Bima, Dody, dan Fay. Tiga lelaki gagah itu berjalan memasuki kantor, dengan percaya diri, seperti peragawan yang sangat keren. Hanya Bima yang memakai setelan jas, sementara Fay dan Dody cukup memakai kemeja bermerk mahal yang lebih terkesan casual. Tubuh Fay yang sixpack seperti artis Varel Bramasta itu, terlihat sempurna di balut kemeja yang dipakainya. Para karyawan sudah siap di mejanya masing-masing, perhatian mereka tertuju pada Fay yang terkesan cuek, seakan sudah terbiasa mendapat perhatian dari semua orang. Karyawan yang dilewati Bima, tak lupa menyapa.

CINTAWhere stories live. Discover now