CHAPTER 14

4 0 0
                                    

"Kamu ingat, gak, pertemuan pertama kita? Sejak saat itu aku kehilangan jiwaku, kamu mengambilnya!"

Marisa jadi sangat sibuk sejak Cinta bekerja, dia memasukkan barang-barang ke dalam mobil untuk dibawa ke kafe. Biasanya lebih banyak Cintalah yang mengerjakan semua itu. Lukman mencoba membantu, tapi hati Marisa terlanjur jengkel pada Cinta. Dia merasa tugas rumah harusnya juga dikerjakan Cinta, dalam hatinya seakan tidak rela mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Walaupun dia tau kalau Cinta bukan tidak mau membantu, tapi karna memang Cinta harus menyelesaikan tugas kuliahnya.

Marisa membawa peralatan dagangan ke dalam mobil dengan tergesa-gesa,dia merasa sudah terlambat. Apesnya sampai di mobil ternyata mobilnya terkunci, dia bingung dan panik dengan tempat kue dikedua tangannya.

"Ayah, kunci mobil...!" teriak Marisa, Lukman jadi panik mendengar teriakan istrinya. Fala keluar dari kamarnya mendengar teriakan Marisa, dia sudah rapi karna dia juga akan pergi mengurus tempat kuliahnya yang baru.

Fala melihat ayahnya bolak balik masuk kamar mencari kunci, tapi tidak ketemu.

"Sebentar Bu!" kata Lukman, agak berteriak. "Aduh, dimana ya kuncinya?" kata Lukman. Marisa kembali masuk rumah dengan tempat kue yang masih di tangannya, wajahnya sangat kesal.

"Aduh, dimana ya?" kata Marisa, panik.

"Ayah, ibu, Kenapa sih?" tanya Fala.

"Kamu liat kunci mobil, gak?" tanya Lukman. Fala membantu mencari, suasana rumah itu jadi kacau karna kepanikan Marisa yang menular pada suaminya. Tak Lama Fala menemukan kunci itu yang ternyata hanya di atas meja makan... Lukman lupa kalau tadi dia sudah membawa kunci itu ke atas meja saat dia sarapan.

"Ini dia Yah, Ibu. Jangan panik gitu dong! kan jadi panik semua, jadinya kunci gak tersembunyi dikira ilang!" kata Fala, Marisa tetap saja sewot.Marisa dan Lukman kembali ke mobil, mereka memasukkan barang-barang ke mobil, lalu segera berangkat.

*********

Fay dan Dody memasuki kantor, Fay melihat Cinta sudah duduk di belakang mejanya. Fay tersenyum pada Cinta, Cinta membalas senyum Fay sambil sedikit menundukkan kepalanya seperti karyawan lain. Sebenarnya Cinta merasakan, Fay punya perhatian lebih padanya, karna Fay hanya memandang dirinya, tak peduli sedikitpun pada karyawan yang lain. Klara yang duduk di samping Cinta juga merasakan itu, dia tambah yakin, kalau Fay menyukai Cinta.

Tak berapa lama kemudian, Dody keluar dari ruangan Fay, dia menemui bu Roza dan membicarakan sesuatu. Dody masuk ke sebuah ruangan, mungkin itu akan menjadi ruangannya. Bu Roza mendekati Cinta, menyuruh Cinta mengantarkan dokumen ke ruangan Fay. Cinta pergi ke ruangan Fay, mengetuk pintu sesaat, lalu membuka pintu perlahan. Fay langsung pucat melihat Cinta sudah datang, hatinya berdebar, salah tingkah, secepatnya dia berusaha menguasai diri.

"Siang, Pak! Ini dokumen yang Bapak minta," kata Cinta sambil meletakkan sebuah map di depan Fay.

"Oya, duduk!" kata Fay, perlahan Cinta duduk di depan Fay. Dalam hati Cinta merasa janggal, tapi siapa tau Fay mau membahas dokumen itu, kan?

"Gak usah terlalu formal! sebenarnya kita sama-sama magang kok, aku juga baru belajar, masih banyak gak ngertinya. Kita saling bantu ya!?" Fay tersenyum untuk menghilangkan kegugupannya. "Aku tau kamu pasti anak pintar..." kata Fay lagi, tapi dia merasa aneh. "Aduuuh aku kok garing sih...?!" kata hati Fay.

"Tapi... maksud Bapak?" tanya Cinta.

"Maksudnya... semoga skripsinya lancar ya! Eh, maksudku... bentar lagi kamu Wisuda kan? Semoga wisudanya lancar! nanti kamu kerja disini aja, aku rasa itu bisa!" kata Fay, rasa gugup sungguh membuatnya jengkel pada dirinya sendiri.

CINTAWhere stories live. Discover now