CHAPTER 17

11 0 0
                                    

"Lo emang beruntung, Cin, nah gue? Sial mulu! Mungkin Tuhan gak suka sama gue. Tolong tunjukin gue cara membujuk Tuhan, supaya Dia juga melimpahkan rahmad dan karunianya kepada gue!"

"Ck! Jangan lebay deh! Tuhan menyayangi semua umatnya! Jangan salah faham sama Tuhan!"

Fay belum beranjak dari tempat duduknya di ruang keluarga, dia masih berbincang dengan bik Inah.

"Jadi namanya Cinta, ya, Mas? Mas ketemu di mana sama dia?"

"Di sebuah taman, bik." Mata Fay berbinar mengingat pertemuannya dengan Cinta. "Tiba-tiba kami berhadapan, aku melangkah ke kiri, dia juga melangkah ke kiri, dia ke kanan, tiba-tiba aku juga ke kanan... mata indah itu, membuatku luluh, dia langsung masuk ke hatiku dan menguasainya. Seperti firasat, aku merasa dia adalah belahan jiwaku yang sudah ditentukan Tuhan. Aku sangat mencintainya, dia adalah milikku, dan aku adalah miliknya!" Fay bercerita seperti sebuah dongeng, bik Inah merasa Fay berlebihan dan aneh, dia diam melongo dengan mulut sedikit terbuka... bingung!

"Haah! Bik, jangan pasang wajah seperti itu! Aku serius." kata Fay.

"Serius ya, Mas?" bik Inah masih bengong, seakan tak percaya.

"Aku berdoa setiap hari untuk menemukannya. Tuhan mengirimya ke perusahaan, aku semakin yakin, kalau dia adalah jodohku."

"Trus gimana dengan non Niki?"

"Kami sudah putus, bik!"

"Yang benar, Mas? karna Mas jatuh cinta sama Cinta?"

"Gak bik, itu sudah lebih dari sebulan yang lalu, saat ada kasus kemaren. Dia fikir aku selingkuh dengan cewek itu, dia minta putus. Tapi aku rasa putus lebih baik untuknya, aku ini gak pantas untuknya!"

"Dia penyabar ya, Mas?! Semoga dia dapat orang baik nanti!" kata bik Inah. Obrolan mereka berhenti mendengar ada yang mengetuk pintu, bik Inah pergi membukakan pintu. Fay dan bik Inah agak kaget melihat yang datang adalah Niki, orang yang sedang mereka bicarakan.

"Non Niki, silakan masuk non!"

"Makasi, bik!" Niki masuk, sambil memandang Fay penuh kerinduan dan sedih. Bik Inah meninggalkan Fay dan Niki.

"Pakabar Niki? Gak syuting?"

"Lagi kosong, kamu pakabar?"

"Aku baik. Tumben kesini, ada yang bisa aku bantu?" kata Fay. Mata Niki berkaca-kaca, sungguh sakit melihat Fay bicara seperti kepada orang lain, tanpa rasa apa pun lagi.

"Maafin aku! Aku... kangen sama kamu!" kata Niki bergetar. Dia menyadari yang dilakukannya seperti pengemis cinta yang menawarkan diri untuk terus disakiti... tapi dia benar-benar tak sanggup putus sama Fay!

"Kenapa minta maaf?! sudah Nik! Kalau ada yang salah di sini, itu adalah aku. Aku minta maaf ya!? Aku memang laki-laki jahat. Sebaiknya kamu melupakan aku, menjauhiku! Vindo laki-laki baik, sebaiknya kamu memberinya kesempatan! Atau apa kalian sudah pacaran?" kata Fay sungguh-sungguh.

"Aku gak ada hubungan apa-apa sama Vindo, aku slalu setia sama kamu, aku hanya cinta sama kamu!" kata Niki, dia meraih tangan Fay. "Tolong lupakan kata-kata putus yang dulu aku bilang... plis!"

"Nik, diantara kita sudah berakhir, ini lebih baik. Kamu akan lebih baik tampa aku!" Fay melepaskan pegangan tangan Niki dari tangannya perlahan, air mata Niki jatuh tak tertahankan lagi. "Kita jalan masing-masing! aku senang pernah jadi pacar kamu, kamu wanita hebat dan baik, juga cantik! Jangan sedih dong! Jangan nangis!" Fay mengusap air mata Niki.

Niki sangat sedih, menyadari bahwa di hati Fay benar sudah tidak ada lagi perasaan untuknya. Dari cara bicara Fay, Niki merasa Fay berubah jadi lebih baik, tapi Fay bukan pacarnya lagi. Dulu Fay tidak sesopan itu, tapi Niki merasa Fay miliknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 03, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CINTAWhere stories live. Discover now