-XIV-

3.2K 192 66
                                    

~*~°~Disclaimer by Asagiri Kafka and Harukawa Sango~°~*~

.

*

°

.

*

°

.

---

Ketika pertama kali masuk ke lumbung hitam perbudakan, ego masih menguasai kepalaku. Melawan, bertahan, melakukan segala upaya untuk bebas walau pemerkosaan tetap menjadi agenda sehari-hari.

Kapan aku menyerah? Ketika tidak ada lagi harapan yang terlihat di mata. Semua seakan gelap. Sampai sekarang aku tidak lupa malam dimana aku diculik dan dibawa entah kemana. Dicekoki obat penenang berkali-kali sampai entah kapan tahu-tahu sudah berada di atas selembar kertas koran dan sedang disenggama.

Berteriak, namun tangan yang terpasung pada sepasang tiang tidak mengizinkan. Aku melawan, menyumpah, menangis, dan kemudian mereka memaksa serbuk obat penenang masuk ke kerongkonganku lagi. Lagi dan lagi.

Berapa hari? Minggu? Aku gila karena menjadi pecandu, pelacur. Aku bahkan tidak ingat siapa yang sudah menyentuhku, berapa orang, dimana, siang atau malam, entahlah. Aku seperti boneka tahanan.

Setelah entah berapa lama, semua berakhir di panggung pelelangan. Dengan tubuh telanjang penuh luka, aku dibeli seorang pengusaha casino. Dia membawaku ke sebuah mansion di pulau pribadi tempat dimana aku dan beberapa orang muda-mudi menjajakan tubuh di lorong-lorong atau menjadi penghibur di atas pangkuan penjudi. Setiap hari aku menanti pelanggan untuk menjadikanku pelacurnya lalu memberiku uang— …uang yang kemudian kugunakan untuk memenuhi candu pada obat-obatan.

Gila. Aku tidak ingat siapa diriku dan sebelum aku sadar, aku kembali berada di pelelangan. Harga yang semakin turun, tubuh yang semakin kurus. Aku dibawa oleh seorang pria beristri. Ia menyukaiku, walau hanya sebagai lubang penghangat, aku tahu. Ia memberiku obat yang kubutuhkan dengan suka rela namun ternyata sang istri begitu benci.

Aku dikurung di kandang anjing. Berbagi tempat dan merasakan tusukan dingin malam sampai berbulan-bulan. Ketika hujan turun tempat itu akan basah, dan aku akan muntah karena demam. Kupikir aku akan mati, tapi ternyata sebuah harapan datang.

Seorang pria, sebaya, membawaku lari dari tempat itu. Meski merawatku dengan baik namun ia miskin. Itu adalah hal paling buruk dari hidupku setelah malam aku diculik.

Obat.

Aku tidak bisa menemukan obat dan mulai benar-benar gila. Mencakari pipi, menyatat tangan, mencekik diri sendiri. Semua itu karena candu yang tidak bisa diredam dan menjadi belati.

Tapi pria itu membantu. Ia, entah bagaimana membuatku sembuh dari rasa candu dan kegilaan. Perlahan memulihkan kewarasan dan menjadi penawar pada racun berduri bernama narkotika. Kepalaku mulai jernih dan detik itu juga aku menyadari bahwa kedua kakiku telah berpijak di neraka bewarna hitam. Karena selama ini aku tidak memikirkan siapa dan kenapa aku menjadi hina asalkan aku bisa minum obat.

Dan sekarang, menjijikkan.

Aku menjijikkan.

Aku mulai menangis dan mengaduh-aduh di hadapan pria itu. Aku memohon agar bisa pulang ke rumah dan melupakan semua. Dia membalas dengan tatapan prihatin, mengatakan bahwa besok ia akan membawa temannya yang bisa membantu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tu m'appartiensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang