Part 24 (17+)

886 43 4
                                    

Matahari bersinar begitu teriknya menunjukkan bahwa sekarang sudah mendekati waktu untuk makan siang. Alida terlalu lama menghabiskan waktu mencuci di sungai tanpa ia sadari sejujurnya ia bukan hanya mencuci di sana namun juga berbicara dengan Otis. Mereka membicarakan banyak hal seperti apa makanan kesukaan Alida, apa yang Alida lakukan beberapa hari lalu begitu pula Alida ia menanyakan banyak hal tentang Otis.

Pembicaraan mereka begitu baik diantara keduanya untuk sesaat Otis seakan melupakan kenyataan bahwa beberapa jam yang lalu hatinya masih bercabang dua dan detik ini Otis memantapkan perasaannya untuk satu orang. Alida adalah gadis yang begktu manisnya yang pernah Otis jumpai... Gadis itu berhasil mencuri hati Otis sejak saat pertama kali Otis melihatnya di ruangan sang Alpha betapa bodohnya Otis tidak menyadari hal ini karena hatinya masih memiliki rasa yang tersisa pada Victoria.

Tatapan mata Alida yang teduh, senyum manisnya yang berhasil menggetarkan hati nya, sentuhan jemari dan tangannya membuat Otis seakan enggan melepaskan genggamannya sebentar saja dari Alida. Otis memperhatikan semua hal dan gerak gerik Alida seraya berjalan bergandengan menuju Desa.

Alida terus saja berceloteh tentang sihir, Otis mengetahui bahwa matenya merupakan salah satu penyihir dengan keahlian khusus yakni membuat ramuan magis tidak banyak penyihir yang seperti Alida. Gadis nya tidak memiliki kemampuan sihir untuk bertarung dan itu membuat Otis merasa lega setidaknya ia tau gadis nya tidak akan berada di garis depan jika terjadi perselisihan yang menyangkut klannya dimana itu mengharuskannya untuk bertarung.

"Kau yakin akan membawanya? Biarkan aku membawanya itu kan cucianku." Alida melepaskan genggamannya dari Otis kemudian hendak mengambil keranjang yang di bawa Otis dengan satu tangannya yang lain Otis menggeram pelan sejujurnya itu adalah wolfnya.

"tidak." Otis dengan cepat kembali menyambar tangan kiri Alida mengenggamnya erat dan kembali menyeret Alida untuk berjalan.

"Lagi pula kita hampir sampai." Alida tak bisa lagi berkata apapun soal itu, Alida menyadari satu sifat Otis setelah perbincangan lama mereka sebelumnya bahwa pria di sampingnya ini tidak mau mengalah dalam satu hal. Semakin dekat langkah kakinya ke desa jantung Alida semakin berdebar kencang dan semakin erat mengenggam tangan Otis. Ia gugup bagaimana nanti orang di desanya melihat ia datang bersama seorang pria asing terlebih itu adalah werwlof.

Saat mereka hampir memasuki pintu perbatasan desa tiba-tiba muncul dua orang pria asing lainnya Alida menyipitkan matanya heran siapa mereka? Alida tidak mengenal mereka sebagai salah satu orang dari klannya, namun tidak bagi Otis ia mengenal keduanya. Kedua pria yang berusia kiranya tak jauh dari Otis menyipitkan mata melihat Otis berjalan bersama seorang wanita terlebih menggandeng Alida dengan posesif.

"Apa?" tanya Otis, Alida menatap pria nya dengan tatapan bertanya. Mereka saling mengenal? Batinnya.

"Hari ini adalah giliranku dan Robert untuk berjaga di wilayah ini." Otis memutar bola matanya tak perduli, Otis tau betul hari ini bukan saat nya dia untuk berjaga karena ia memiliki waktu libur sampai besok.

"Lalu? Kenapa menghentikanku?" tanya Otis salah seorang pemuda yang tidak mengenakan atasan menapakkan otot perut dan dada itu mendekati keduanya dengan kedua tangan yang terlipat di dadanya ia menyipitkan matanya pada Otis seraya menyunggingkan senyuman penuh persekongkolan.

"Wow, Otis... apa ini adalah hal yang kupikirkan?" tanyanya seraya melirik tangan Otis yang menggenggam erat tangan Alida. Kedua pemuda itu merupakan rekan Otis mereka berteman untuk waktu yang cukup lama sejak kecil mungkin dan keduanya tahu benar Otis selama ini tidak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun selain Victoria dan hal itu sudah menjadi rahasia umum bahwa Otis bertepuk sebelah tangan dengan Victoria untuk waktu yang lama. Melihat Otis bersama wanita lain terlebih menggandeng tangan seorang wanita dengan postur tubuh yang posesif saat ini membuat kedua nya berpraduga.

The Great LunaWhere stories live. Discover now