part 14

950 77 7
                                    

Di sebuah ruangan istana dengan  jendela tua di sisi kanan nya, sosok itu menatap kosong rembulan di angkasa. Entah apa yang dia pikirkan, cawan emas berisikan darah segar pun selalu setia menemani telapak tangan sosok angkuh itu. Dirinya bagaikan sebuah lukisan dengan nilai seni yang tinggi.

Sekali lagi ia teringat akan sebuah kenyataan dimana Ramos pulang tanpa sang tuan putri bahkan batu permata pusaka kerajaan Elf ini. Tangan yang sedari tadi menggengam cawan berisikan darah segar itu pun mengepal erat tanda ia kesal.

Nampak tekanan tersebut tak bisa di tahan oleh cawan emas tak berdosa itu. Cawan cantik itu seketika penyok, Finnick terus meremas cawan yang sudah tak lagi berbentuk cawan itu hingga menjadi bongkahan emas tak berbentuk, dan darah segar membasahi telapak tangannya.

"Sialan. Tanpa batu itu tubuh ini tidak sempurna. Dibandingkan kegelapan yang membosankan seperti ini aku menginginkan dunia penuh cahaya." Ucapnya.

Baiklah kali ini ia mengakui dia salah jika percaya kaum werewolf itu akan menyerahkan sang putri begitu saja pada Ramos. Sejujurnya membuat Finnick menyadari sesuatu yang lain, kaum werewolf bukan kaum yang ramah tamah mau menerima kaum lain memasuki wilayah mereka terutama tanpa izin. Apa ini.. apa putri itu terikat pada seseorang di pack itu? Yang benar saja.

"Chris!" Teriak Finnick. Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka menampilkan sosok angkuh lainnya berwajah pucat dengan nanar mata merahnya.

"Aku ingin mata mata di Crescent Claws Pack." Perintah Finnick.

"Yang mulia..." Chris nampak bingung dengan perintah junjungannya bagaimana caranya menyusupkan mata mata diantara mereka? Pack yang besar seperti itu  dengan anggota kawanan sebanyak itu sulit untuknya menyusupkan mata mata diantara mereka... Hm.. Atau tidak juga.

"Aku penasaran. Ramos bukan orang yang mudah menyerah dengan ambisinya. Lantas ia kembali dengan tangan kosong. Seharusnya ia membawa batu krystal itu padaku meski harus bertarung dengan pack itu." Finnick nampak berfikir keras. Sesuai dengan perkiraannya tuan putri kaum Elf itu jelas berada di pack tersebut. Lagipula mereka kini sudah terekspos. Kaum vampire menduduki tanah hutan kelam Lavalthon sudah pasti menjadi berita hangat bagi kaum Immortal.

"Akan ku cari cara untuk menyusupkan mata mata di sana my Lord. Namun, apakah hal ini memang di perlukan?" Finnick menatap sosok abdi kepercayaannya tersebut dengan tatapan penuh tanya.

"Maksudku.. bagaimana jika kita menyerang mereka saja? Lagi pula mereka semua sudah tau keberadaan kita dan pack itu jelas akan menjadi masalah untuk klan kita di kemudian hari. Ah.. Kita bisa bersekutu dengan para penyihir untuk itu. Akan jadi sebuah kemenangan yang mudah apalagi mereka hanyalah kaum tanpa keistimewaan apapun selain perubahan wujud menjijikan itu." Chris nampak mencoba menjelaskan, namun Finnick berdecak kesal karenanya.

Menyerang pack itu bukan sesuatu yang sulit tapi sekutu mereka yang banyak lah yang membuatnya sulit. Finnick mungkin menjadi Raja bagi satu kelompok besar kaum berdarah dingin ini. Namun sekutu nya tidak sebesar Crescent Claws Pack yang mana mereka memiliki hubungan yang luas dengan beberapa kawanan lain. Keitel jelas bukan lawan yang bisa diremehkan.

"Kau sedang mencoba menyinggungku atau apa? Melawan mereka dengan tubuh yang seperti ini? Melawan si tua Elf itu saja aku sudah menghabiskan banyak tenaga. Lagipula langit dengan matahari yang bersinar di atasnya merupakan kelemahan terbesar kita Chris. Sekuat apapun aku takkan bisa mengalahkan mereka dengan keadaan seperti itu." Jelas Finnick. Ya.. berhasil menduduki hutan kelam Lavalthon saja mereka sudah sangat beruntung. 

"Lakukan saja perintahku. Tanpa batu krystal itu kita tak bisa berbuat banyak melawan mereka." Tegas Finnick, Chris pun tak bisa membantah. Memang benar kondisi tuannya saat ini sedang tidak dalam kondisi nya yang sempurna. Bahkan darah Ratu Layla yang menyimpan sedikit kekuatan itu tak sepenuhnya memulihkan kekuatan sang Lord.

The Great LunaWhere stories live. Discover now