Part 30

271 23 8
                                    

hosh.. hosh.. suara napas Eletha bergema di telinganya sendiri kakinya melangkah dengan cepat memacu larinya. Ia ketakutan entah apa yang membuatnya takut, arah mana yang ia ambil kemana ia hendak tuju ia tak tau... ia tidak mengingatnya sejak kapan ia mulai berlari? batinnya.

suara lolongan keras terus terdengar dari arah belakangnya jantungnya berdebar memukul mukul dadanya dan rasa takut menguasai dirinya. Nafas Eletha mulai tercekat dengan suara isak tangis yang tertahan di ujung bibirnya yang ranum.

'tidak...tidak...tolong jangan mengejarku... aku hanya tidak segaja memasuki.... wilayahmu.' Gumamnya. Tunggu perasaan apa ini? ia seakan sudah pernah mengalami situasi ini sebelumnya. Samar-samar bayangan wajah serigala terlintas di kepalanya bagai sebuah potongan film yang rusak.

Lari Eletha melambat, perlahan menjadi langkah pelan kemudian berhenti. Ia mengepalkan tangannya erat dan dadanya bergerak naik turun mencoba mengatur laju udara yang memasuki rongga paru parunya, suara detak jantung dan lolongan serigala seakan beradu memenuhi indra pendengaran gadis itu.

Eletha berbalik menatap tajam kearah di mana kegelapan berada, suara geraman itu kian mendekat ia tau sosok tersebut berada tak jauh darinya kini hingga kemudian dari balik bayangan tersebut sosok serigala itu menampakkan wujudnya.

Serigala berbulu hitam dengan nanar mata berwarna emas dan biru di salah satu sisinya, makhluk luar biasa itu berjalan pelan menghampiri Eletha menghapus jarak diantara keduanya namun ketika jarak itu kian menipis refleks Eletha mengulurkan tangannya seakan hendak menggapai sosok serigala angung tersebut namun apa yang terjadi setelahnya justru membuat Eletha tertegun. Serigala itu berjalan menembus diri Eletha begitu saja seakan akan sosok gadis itu tidaklah nyata. Situasi macam apa yang tengah di hadapi oleh Eletha ini?

'ap-' Eletha berbalik dan mengikuti arah pandangan serigala tersebut sosok lain di belakangnya lah yang menjadi tujuannya. Wajahnya meisterius tertutup tudung kepala dari jubah bewarna silver yang ia kenakan, sayap berbulu perak menempel di balik punggung sosok misterius tersebut dan sebuah benda berbentuk melingkar dengan permata biru di tengah nya bagai sebuah tiara berukuran besar melayang rendah diatas kepalanya. Apakah dia seorang dewi? batin Eletha.

Sekali lagi Eletha merasakan sensasi de javu dengan situasi dan sosok bersayap misterius itu. Sosok asing tersebut seketika merentangkan kedua tanggannya seakan memberi isyarat untuk serigala tersebut mendekat dan masuk dalam dekapannya. Dan benar saja bagai seekor anjing besar yang tengah bermanja dengan pemiliknya, serigala tersebut mendengkur pelan sembari menjilati penuh kasih wajah sosok asing bersayap perak itu.

Karena ulah serigala tersebut membuat penutup kepala yang menutupi wajahnya terlepas menampilkan rupa yang sangat membuat Eletha sekali lagi terkejut! wajah yang sama yang ia miliki, telinga runcing dan mata perak persis sepertinya. Ia seolah tengah berkaca di depan cermin. Eletha penasaran, mencoba mendekat menatap intens sosok yang menyerupai dirinya tersebut seakan tidak percaya.

'Kau lagi-lagi terjebak di sini.' ujar sosok itu menatap Eletha dan tetap memberikan belaian pada serigala yang mengelilingi dirinya dengan posesif.

'Siapa kau? dan serigala itu-' Eletha dikuasai kebingungan. Kenapa ia merasa marah melihat serigala tersebut berlalu tanpa melihatnya dan menuju wanita asing ini? serigala itu seharusnya milik Ele- oh tunggu. Apa yang barusan ia pikirkan sekarang.

'Kita. Nyx adalah belahan jiwa kita. kau dan aku adalah satu Eletha.' seakan habis di hantam sebuah batu tepat di kepalanya ingatan demi ingatan Eletha tumpah ruah, semua kenangan dan ingatannya tentang Nyx. Nafas Eletha tersekat bagai di kendalikan kaki Eletha seketika bergerak maju, ia berlari mengejar sosok asing itu dan Nyx. Jemari Eletha nyaris menyentuh bulu-bulu halus Nyx namun dalam satu kedipan mata sosok mereka berdua menghilang. Eletha berlari memeluk bayangan hampa membuat dirinya jatuh tersungkur di dalam kegelapan.

The Great LunaWhere stories live. Discover now