part 5

1.4K 124 10
                                    

Hutan kelam Lavalthon, Author pov~

Kastil Nifleheim, merupakan pusat kekuasaan dari salah satu bangsa immortal di bawah pimpinan kaum yang kita sebut sebagai Elf. Kerajaan yang dikenal damai dan tentram di bawah perlindungan dinding magis membuatnya tak tersentuh dunia luar selama beratus-ratus tahun lamanya.

Hingga suatu hari kaum yang dijuluki sebagai bangsa berdarah dingin, sang pnguasa malam dan biasa di sebut sebagai bangsa Vampire melakukan penyerangan ke tanah terkutuk itu untuk satu tujuan dan untuk satu keinginan. Krystal Kehidupan.

Dan kini di kursi takhta Castil Nifleheim, duduk seorang yang berkuasa diantara kaumnya. Sosoknya memiliki nanar mata yang bewarna merah semerah darah begitu mempesona jika ditatap namun sarat akan pernyataan bahaya, kulit yang begitu pucat, dan suhu tubuh yang begitu dingin bagaikan balok es. Di salah satu tangannya ia mengenggam sebuah cawan emas berisikan cairan bewarna merah terlihat begitu kental di dalamnya. Jelas saja cairan itu merupakan darah segar. Sorot matanya menatap dingin aula ruang takhtanya. Sambil sesekali menyesapi minumannya nampak begitu menikmati.

Tak lama kemudian, pintu utama aula istana terbuka. Menampakan sesosok penjaga dengan sebuah pedang terlampir di pinggangnya, berjalan pelan menghampiri tuannya yang tengah duduk dengan khidmat di kursi takhta yang mana berhasil ia rebut dengan kejinya tersebut.

"My Lord..." Salamnya. Pria yang di panggil sebagai Lord tersebut hanya mengangkat satu jarinya tanda ia menerima salam dari bawahannya tersebut.

"Katakan apa yang kau dapat?" Tanya sosok angkuh itu. Sang bawahan tersebut pun menengadahkan kepalanya menatap junjungannya tanpa mengurangi rasa hormatnya sedikitpun.

"Sulit bagiku mengatakan hal ini padamu yang mulia.. tapi ketahuilah kami sudah berusaha mencari nya di seluruh penjuru tanah hutan kelam namun tak mendapati jejak wanita tersebut." Raut wajah penuh penyesalan tercetak jelas di wajah si penjaga, karena ia merasa telah begitu berdosa tak berhasil menyelesaikan perintah yang di berikan oleh sang junjungan dengan baik.

Sang Raja Vampire yang mendengar kabar tidak diharapkan itu seketika melemparkan cawannya yang berisikan seperempat darah segar itu ke sembarang arah.. membuat sedikit darah yanga ada di dalamnya tersebut tumpah dan membasahi lantai aula, aroma darah begitu pekat memenuhi indra penciuman sang penjaga. Ia hanya bisa menelan saliva nya berat mencoba menahan rasa haus yang tiba-tiba muncul.

"Brengsek." Maki sang Raja Vampire itu, ia jelas sekali nampak kesal saat ini.

"Apa mungkin dia pergi ke tempat dimana manusia berada?" Gumam sang Raja. Ia nampak mencoba memperhitungkan segala kemungkinan yang bisa ia perhitungkan saat ini.

"Itu mustahil yang mulia... kaum Elf adalah kaum yang terbilang... Cukup terbelakang? Mereka bahkan tak pernah melangkahkan kakinya keluar dari wilayah Lavalthon barang sejengkalpun. Dan dunia dimana manusia berada merupakan hal yang mustahil untuk mereka datangi sekalipun itu dalam kondisi terdesak." Sang Raja mengatuk-ngatukan jarinya seolah memikirkan apa yang dikatakan bawahan kepercayaannya tersebut. Dan yah, benar juga.

Telinga yang runcing, rambut yang mencolok, mata yang aneh. Gadis itu akan langsung ketahuan sebagai makhluk asing dan terkutuk bagi manusia. Jelas sekali mendatangi tempat dimana manusia hidup adalah bunuh diri paling bodoh baginya. Lagi pula manusia adalah makhluk bar-bar, gadis Elf itu akan dicap sebagai iblis oleh para manusia hina itu dan berakhir di tiang dengan api yang membakar sekujur tubuhnya.

"Namun yang mulia.. ada suatu wilayah yang jaraknya terbilang dekat dengan wilayah hutan kelam ini. Wilayah itu berada di bawah kekuasaan sebuah pack, pack  yang dikenal sebagai kawanan terbesar dan terkuat diantara yang terkuat. Bahkan para werewolf lain di luar packnya memanggil si pemimpin pack itu sebagai 'Sang Raja' semua werewolf patuh di bawah perintahnya. Beberapa penjaga kita mencoba mencari sang putri  sampai ke sana tapi... Beberapa warrior mereka terus berjaga di setiap perbatasan dan semakin memperketatnya setelah mengetahui beberapa prajurit kita mencoba memasuki wilayah mereka tanpa izin."

The Great LunaWhere stories live. Discover now