Part 17

682 63 2
                                    

Eletha diam tak bergeming dalam pelukan pria yang kini tubuhnya di kuasai sepenuhnya oleh jiwa serigalanya yang bernama Nyx. Eletha menyadari sesuatu terkait warna mata pria ini sekarang, Mata berwarna emas dan biru itu milik jiwa serigalanya, dan warna mata mereka berubah tergantung siapa yang mengendalikan tubuh manusia mereka. Dan sosok serigala berbulu hitam pekat waktu itu adalah wujud asli dari jiwa serigala pria yang tengah mendekapnya erat saat ini.

Untuk waktu yang cukup lama mereka hanya ditemani oleh suara desiran laut dan angin malam di atas bukit. Jantung Eletha semakin lama semakin berdebar sedangkan pria itu terus saja manarik nafas dalam dan membenamkan wajahnya diantara ceruk leher Eletha. Ya, Nyx saat ini mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan cara seperti itu.

Eletha sesaat merasa bimbang.. semua yang dikatakan oleh pria dihadapannya kini adalah sesuatu yang sangat memukul bagi Elle. Dari semua orang selain orang tua nya ia mempercayai Ramos sepanjang hidupnya menganggap pria itu sebagai bagian dari hidupnya bahkan mencuri Sebagian dari apa yang dia punya di hatinya. Membayangkan Ramos melakukan pengkhianatan seperti itu membuat Eletha merasakan sakit yang cukup dalam.

"Kei... lepaskan." Lirih gadis itu, baiklah mereka sudah berpelukan cukup lama bahkan matahari sudah lama terbenam namun Nyx seakan tidak ingin melepaskan pelukannya ia takut jika Eletha akan segera lari menjauh begitu ia melepaskan dekapannya.

"Kau akan pergi meninggalkanku..." jawab Nyx, terdengar sebuah keputus asaan di dalam suaranya, gadis yang terikat takdir dengannya menolak untuk mengakui takdir itu bahkan ia memiliki perasaan untuk pria lain...werewolf mana yang akan menerima kenyataan itu terlebih Nyx tidak ingin menjadi sosok serigala menyedihkan yang ditolak oleh jodohnya sendiri.

"Aku tidak akan pergi..." Degh... Nyx cepat melepas kan dekapannya dan menatap wajah Eletha yang tertunduk pasrah di hadapannya ini dengan penuh harap.

"Mate..." panggil Nyx, Eletha masih tertunduk diam. Ada begitu banyak hal yang di petimbangkan Eletha di dalam kepala kecilnya itu saat ini. Nyx meraih dagu gadisya kemudian menengadahkan wajah Eletha agar ia dapat menatap jelas wajah matenya itu.

"Aku tidak akan pergi." Mendengar hal itu untuk kedua kalinya membuat Nyx merasa yakin bahwa yang ia dengar barusan adalah benar. Memberikan rasa lega pada Nyx dan Keitel. Nyx kemudian merengkuh kembali tubuh gadinya menariknya kembali dalam dekapannya dan Elle tidak menolak kali ini.

"Meski begitu soal Ramos... aku tak bisa mempercayainya begitu saja, tolong tunjukan bukti padaku bahwa dia adalah pengkhianat." Tegas Eletha. Nyx reflex menjauhkan tubuhnya sejenak melepaskan pelukan mereka dan menjawab Eletha dengan yakin.

"kau sudah berkata mate... kau menerimaku. Akan ku buktikan soal Ramos padamu tenang saja aku tidak berbohong padamu saat ini." Tanpa basa basi dan permisi Nyx mendaratkan bibir nya tepat pada bibir Eletha melumatnya dengan agresif membuat Keitel memaki di dalam sana karena Nyx mencuri start!

"Hei! Hei! Sialan apa yang kau-" Nyx dengan licik Kembali mendorong kesadaran Keitel menjauh ke belakang.

Sedangkan Eletha yang mendapatkan serangan dadakan seperti itu dari Nyx sekuat tenaga memberontak mencoba melepaskan tautan bibir mereka namun sia sia saja Nyx memburu dengan nafsu.

"Ka...hmmmppp.. lepa..hmmmpp Keitel! Hmppp" Eletha berulang kali mendorong dada bidang pria itu dan menjauhkan wajahnya namun usahanya percuma, satu lengan memeluk erat pinggangnya merapatkan tubuh mereka dan satu tangan lainnya mendorong tungkuk Eletha membuat nya tak bisa berkutik. 'ga..wat..' batin Eletha, sontak saja ia terpaksa menggunakan sihirnya untuk mendorong tubuh besar pria di hadapannya.

Bam!

Tubuh Nyx terlempar dengan kuat, punggung lebarnya menabrak sebuah pohon besar namun serangan tadi tak cukup untuk membuat Nyx terluka. Tanpa bersusah payah Nyx kembali berdiri seraya menatap Eletha dan terkekeh karena serangan barusan. Lalu Eletha? Wajahnya memerah semerah tomat, nafasnya terengah bukan karena serangan yang dilakukannya. Jelas sekali wajah kesal dan kaget serta malu tercetak jelas di sana.

The Great LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang