Bab 4

249 45 7
                                    

Kata peramal

******

Bayangan wajahnya selalu mengganggu, menyarang di benaknya, berputar-putar kadang membuatnya sangat marah dan merasa terhina. Baru kali ini ada yang berani melakukan hal rendahan seperti itu terhadapnya. Namun di sisi lain ia juga merasa sangat bersyukur, jika bukan karenanya kemungkinan ia akan dipaksa menikahi wanita itu dan mati karena penyakit sialan itu.

Tok... Tok...

Ketukan halus pintu menggugah lamunannya, lelaki yang berdiri dekat jendela dalam ruangan kurang pencahayaan itu menoleh sekilas.

"Sudah hasil?"

Asistennya Fadil menghampiri.

"Tenang saja, tuan muda. Aku sudah mendapatkan informasi pria genit itu. Ini dia data miliknya."

Sebuah berkas cokelat diserahkannya. Everest menerimanya tanpa ekspresi, membuka dan membacanya.

"Qin Marques, putra tunggal Keluarga Marques? Keluarga yang menarik."Everest tersenyum tipis.

"Selanjutnya tuan muda mau melakukan apa?"

"Tentu saja ingin berterima kasih padanya. Temukan lokasinya sekarang."

"Baik."sahut Fadil, menghidupkan notebook dan langsung melacak keberadaan Qin Marques saat ini.

Tak membutuhkan waktu lama Fadil sudah dapat menemukan lokasi Qin sekarang secepat kilat, karena dia ahli mencari informasi orang.

"Kasino Tongfei."ucap Fadil, memberitahukan.

"Bagus sekali. Siapkan mobil."balas Everest.

Fadil mengangguk, "Baik." lalu permisi meninggalkan ruang baca sang bos.

*****

Qin dan sepupunya, Akiro, saat ini berada di rumah judi terbesar kota yang sudah sangat terkenal dikalangan orang-orang atas, siapa lagi kalau bukan Kasino Tongfei.

"Kau yakin, kak, kita ke tempat judi ini bakal hasil?"tanya Akiro, menatap sekitarnya.

"Kau tidak percaya padaku?"ucap Qin mendelik tajam.

"Tentu saja aku tidak mempercayaimu. Sebelum-sebelumnya saja Kita diusir dari tempat ini gara-gara kalah judi dan dikejar-kejar preman karena kau ngutang sama bos judi."ketus Akiro.

Jleb! Qin tertegun ucapan Akiro sangat menusuk tapi memang kenyataannya.

"Sudahlah. Aku yakin kali ini aku bakal menang dan kita pulang bawa duit banyak."ucap Qin, yakin.

"Apa yang membuatmu begitu yakin kita pulang nggak bakal zonk?"

"Kata peramal. Kemarin dia membaca garis tanganku katanya aku bakal mendapatkan kemujuran semingguan ini."jawab Qin santai.

Sontak mendengar hal itu membuat Akiro langsung mencibir. "Di zaman modern sekarang ini kau masih mempercayai ucapan peramal?"

"Ya, tentu saja aku mempercayai peramal itu lagipula yang dia katakan adalah hal baik dan bukan buruk."

The Billionaire Romance Where stories live. Discover now