Bab 18

180 15 5
                                    

Mobil Everest baru saja tiba di rumah. Seorang penjaga membukakan pintu mobil untuknya.

"Yang aku minta sudah kau lakukan?"bicara  di telepon sambil berjalan masuk rumah.

"Sudah tuan. Akan ku kirimkan datanya padamu."sahut orang di panggilan itu yang tak lain merupakan asisten Fadil.

"Di mana dia?"seru Everest, matanya melirik pada seorang pelayan yang di temui di dekat tangga. Beberapa saat pelayan itu terdiam dan berfikir. Ia tak tahu maksud dia yang ditanyakan tuannya. Ahh...!! Ia tersentak sendiri.

"Oh... Tuan Qin! Dia sedang pergi ke luar. Tak lama setelah tuan pergi. "kata pelayan itu. Alis Everest berkerut.

"Pergi ke luar? Sejak pagi hingga kini belum kembali?"Everest melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 9 malam setempat.

"Benar."

"Apa dia mengatakan sesuatu? Emm... Seperti memberitahu akan pergi ke mana? Dan dengan siapa dia akan pergi, begitu?"

"Tidak ada. Tuan Qin tidak mengatakan sesuatu. Dia langsung pergi begitu saja."ujar pelayan itu menggelengkan kepala.

"Ohh."sahut Everest singkat. Kemudian melengos pergi menaiki tangga menuju ruangannya.

Si pelayan menatap punggung Everest nampak bingung. Tidak seperti tuannya yang dingin. Mengapa ia sekarang menjadi sangat penasaran dengan tuan Qin. Aneh, batinnya.

Rupanya yang pelayan itu rasakan asisten Fadil pun merasakan. Ia ikut merasa aneh mendengar percakapan tuannya yang bertanya soal Qin pada pelayan rumah. Bukannya dulu tuannya ini masa bodoh terhadap Qin. Tetapi, mengapa sekarang terdengar perhatian?

Ya Tuhan! Apakah selama tidak ada dirinya bos-nya ini telah dicuci otaknya oleh si mesum mata keranjang itu?!

Secara spontan asisten Fadil menutup mulut dengan tangan sementara otaknya berimajinasi ke sisi lain.

"Oh my god. Jangan sampai itu terjadi."

"Apa yang kau bicarakan? Jangan sampai itu terjadi? Apa maksudmu?"pekik Everest yang mendengar monolog sang asisten di telepon. "Apa kau berfikir agar aku tidak boleh membongkar kejahatan yang mereka lakukan itu maksudmu, benar?!"

"Ah! Bos, anu... Tidak. Bukan begitu maksudku. Aku... Aku benar-benar berharap kejahatan mereka terbongkar, sungguh."ujar asisten Fadil gugup. Sementara hatinya memekik sial.

"Apakah aku harus percaya padamu."ucap Everest datar. "Lalu apa maksud ucapan mu itu?"

"Aku hanya berfikir terjadi sesuatu antara dirimu dengan si bencong mesum itu hehehe."ucap asisten Fadil tertawa renyah.

"Fadil!"sontak Everest langsung menggertakkan giginya.

"Hehehe, maaf, bos. Sorry! Aku terlalu banyak berfikir, hehehe."

"Humph! Mulai hari ini kau ditugaskan lembur selama seminggu Jika tidak gajimu aku potong."

"Apa? Lembur lagi? T-tapi bos, aku 'kan sedang menjalankan tugas di luar kota. Dan, aku juga sudah meminta maaf padamu. Apa kau tidak kasihan padaku, huhuhu...! "sahut asisten Fadil sedih.

"Masa bodoh. Aku tidak peduli. Itu masalahmu."

"Ayolah, bos. Jangan terlalu kejam kepadaku. Kau tahu aku ini—"

"Jika kau tak mau berhenti bicara, dua bulan akan ku buat kau lembur tanpa bonus."potong Everest kejam.

"Ah tidak, tidak, tidak bos! Aku sudah mengunci mulutku. Seminggu adalah yang sempurna dan benar ....."

The Billionaire Romance Donde viven las historias. Descúbrelo ahora