Bab 20

151 10 9
                                    

Ting tong...

Pelayan wanita itu berhenti mengelap meja saat mendengar bunyi bel, ia pun menghampiri pintu dan membukanya.

"Siapa..."wajahnya langsung terkejut melihat beberapa pria yang berdiri di depan pintu berpakaian rapi itu.

*****

"HAHAHAHA!!"

Gelak tawa yang berasal dari dalam ruang VIP restoran bergaya Jepang yang mana ada lima orang pria dewasa di sana mengobrol, salah satunya ada tuan Mahesa. Sedang pria bermata sipit dihadapannya adalah owner skincare kecantikan di Singapura, Lim Wei. Di sebelah kiri tuan Liam ada pengusaha mebel jati, Putra Michael. Sedangkan dua orang lainnya adalah orang yang bekerja di instansi pemerintah bea cukai dan biro hukum.

Kelima orang itu adalah teman yang memiliki kepentingan masing-masing di pertemuan non formal ini layaknya simbiosis mutualisme. Di mata orang luar mungkin mereka terlihat dekat dan terikat, namun mereka hanyalah sekumpulan orang-orang licik dan serakah.

Pada pertemuan ini, Mahesa membutuhkan Lim si pengusaha Singapore ini sebagai investor atau penanam modal di usaha yang akan ia bangun. Sebagai gantinya Mahesa akan membantu Lim menjalin relasi agar produk jualnya menembus pasar negara ini tanpa adanya penjegalan dari pemerintah, maka ia membutuhkan orang-orang bea cukai untuk memuluskannya. Sedangkan semua itu Mahesa dapat melakukannya. The best laid plans.

"Bagaimana Mr. Lim?"tanya tuan Mahesa tak sabar.

Tuan Lim sedang berpikir, dilihat dari ekspresinya tampaknya ia tertarik. Semakin tak sabar ia ingin segera mendengar jawabannya, semoga berjalan lancar sesuai rencana.

"Hmm... Dilihat dari yang kau sampaikan, aku merasa diuntungkan. Sepertinya ini akan sangat menarik. Terlebih lagi Mr. Yudha ikut campur,"kata tuan Lim melihat ke arah wakil kepala pimpinan bea cukai itu dan tersenyum.

"Jadi?"

Tiba-tiba tuan Lim berdiri membuat kaget, lalu ia mengulurkan tangan sambil berucap; "mohon kerjasamanya, Mr. Mahesa."

"Ah! Tentu, tentu, Mr. Lim! Anda jangan khawatir. Kau hanya tinggal duduk manis dan menerima hasil dari kami."tuan Mahesa menjabat tangannya sambil senyum merekah.

Tuan Lim tergelak, "haha! Sampai bertemu dipertemuan selanjutnya, Mr. Mahesa. Untuk urusan dana pendanaan katakan saja pada asistenku, kau butuh berapa. Tak perlu segan."

"Hahaha, terima kasih, Mr. Lim! Aku akan mengingatnya."balas tuan Mahesa berseri.

"Baiklah, sampai bertemu nanti. Selamat tinggal."

"Terima kasih, Mr. Lim!"keempatnya memberi salam perpisahan. Tuan Lim meninggalkan tempat bersama sang asisten.

"YES!!"

Akhirnya semuanya berjalan dengan lancar. Sekarang ia tak perlu memusingkan urusan uang lagi. Impiannya membangun usaha besar-besaran akan segera terwujud dan sebentar lagi ia akan menjadi orang paling berpengaruh di negara ini. Setelahnya tidak akan ada yang berani meremehkannya lagi.

"Johan, Everest! Kita lihat sampai kapan kalian akan terus bersikap sombong!"

Melihat senyum aneh tuan Mahesa mereka bertiga langsung merinding.

*****


Parkir area — tempat yang bau mesin serta bensin itu tuan Mahesa tiba-tiba tertawa sendiri.  Hari yang sempurna hahaha.

Di sela tawanya handphonenya berdering ada telepon masuk dari istrinya. Kebetulan sekali, gumamnya.

"Ada apa?"ucapnya lembut dan ia masih terkekeh. Entah apa yang dikatakan oleh sang istri yang membuat raut senang itu berubah drastis, antara terkejut dan tanda tanya.

"APA?! BAGAIMANA BISA! DASAR BODOH! TAHAN MEREKA! JANGAN BIARKAN MEREKA MASUK RUANGAN ITU BAGAIMANAPUN CARANYA!"

"AKU AKAN SEGERA PULANG!!"

Panggilan diputus.

"ARGH! SIALAN!"stir mobil dipukul keras. Tuan Mahesa mengusap kasar wajahnya. Bagaimana bisa itu terjadi?! Ia tidak pernah memperhitungkan hal itu. Baru kali ini ia kecolongan... Tidak, tidak, tidak! Itu tak boleh terjadi. Bisa-bisa hidupnya hancur. Pedal gas diinjak, mobil pun meleset cepat dari sana.

Tak butuh waktu lama tuan Mahesa sampai. Melihat rumahnya yang dikerumuni orang-orang memunculkan perasaan khawatir, wartawan dan aparat polisi yang berjaga. Sesaat orang berpakaian penyidik keluar membawa kardus-kardus ditangan.

"Sial!"

Tuan Mahesa turun dari mobil, berjalan menerobos kerumunan itu. Mata memandang, riuh teriak dengan kamera mengintai. Ia sudah terlihat bak buronan terkenal. Tak ia hiraukan. Langkahnya semakin cepat, masuk dalam rumah. Semua berantakan, orang-orang penyidik berkeliaran. Matanya beralih saat mendengar suara wanita menangis. Di dekat piano istrinya menangis sesenggukan keliatan shock sekali. Mata mereka bertemu. Nyonya Luna mau memanggil tapi lelaki itu tak peduli dan justru memakinya bodoh sebelum masuk ruang kerja yang mana digeledah petugas.

"Apa-apaan ini!"melihat ruang kerjanya berantakan, mendidih otak tuan Mahesa. "Kalian semua. Jangan sentuh barang-barang ku!"

Mendengar hal itu, ketua dari tim penyidik lantas menghampiri, menunjukkan surat perintah langsung penggeledahan di depan wajah tuan Mahesa yang seketika terdiam.

"Kami mendapat surat perintah langsung untuk membawa tuan Mahesa untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan dimintai keterangan terkait dugaan penyalahgunaan kekuasaan dan pencucian uang."ujar ketua penyidik itu.

Anak perempuan tuan Mahesa yang masih SMA terkejut begitu pulang sekolah melihat banyak orang di rumahnya, bahkan ada polisi dan wartawan. Ada apa ini?

"Bohong! Itu fitnah! Aku tidak pernah melakukan tindakan seperti itu! Kalian tidak bisa seenaknya padaku!"

"Anda bisa jelaskan semuanya di kantor. Tolong jangan halangi jalan kerjanya penyidikan ini."kata si ketua penyidik datar.

"Tidak bisa!"tolak tuan Mahesa kekeh. "Hei! Apa yang kau lakukan!? Jangan sentuh barang-barang milikku!"

"Tuan!"naik satu oktaf suaranya. Ketua penyidik benar-benar emosi melihat tuan Mahesa menghalang-halangi anggotanya. "Jika anda merasa tidak bersalah, kenapa harus takut. Sebentar lagi kita akan lihat apakah dugaan itu benar merujuk kepadamu atau tidak. Kumohon kerjasamanya. Kalian, lanjutkan!"

"...."tuan Mahesa tertegun.

Deg! Jantungnya berdetak sesak melihat sekitar. Ayahnya berdebat dengan pria baju penyidik.

"Penyalahgunaan kekuasaan?? Pencucian uang...?? Apa ini...??"Ia meremas roknya, cemas. Tiba-tiba teringat ibunya. Anak gadis itu mencari ibunya.

Krak!!

Kaleng soda penyok diremas oleh tuan Johan. Pagi-pagi sudah mendapat kabar penggeledahan rumah bawahannya atas dugaan kasus penyalahgunaan kekuasaan dan pencucian uang. Meskipun Mahesa masih berstatus saksi dan belum ditetapkan sebagai tersangka hal itu tetap saja akan berdampak pada semua rencananya.

Ia menggertakkan gigi.

"Bocah sialan!"

The Billionaire Romance Where stories live. Discover now