Bab 14

165 24 5
                                    


******


"BOS!!"

"Tunggu akuuuh!"Teriak Qin keras, dua meter lebih di depannya Everest berjalan meninggalkan.

"Astaga. Aku sudah tidak sanggup lagi berjalan. Aish, bedebah itu apa jelmaan setan, jalannya cepat sekali. Hey! Tunggu."Qin kembali melanjutkan langkahnya mengejar langkah-langkah besar Everest dan mampu menyejajarinya.

"Aigo. Apa kau tidak bisa jalan pelan sedikit? Aku lelah tahu mengejar mu. Dia anggap aku kereta cepat? Humph!"gerutu Qin.

"Aku tidak pernah memintamu berlari."Sahut Everest datar.

Sontak Qin berdecak. "Lebih baik aku bicara dengan binatang. Dasar batu."

"Kau mengatakan sesuatu?"

"T-tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa. Kau mungkin salah dengar."ujar Qin gelagapan.

Everest hanya ber'oh riya'.

"Aku tidak tahu ternyata kau masih berhubungan dengan nyonya Bryan eh, bukan, tapi, mantan pacar, hihihi."goda Qin.

"Ayo cepat katakan? Apa kalian berdua mengobrol tentang masa lalu? Hmm, bukankah ini sangat menarik. Bercerita tentang kisah kasih yang terputus karena sebuah takdir. Hahaha! Aku sangat bersemangat ingin mendengarnya. Bicaralah?"ucap Qin antusias.

"Sepertinya kau sangat tertarik dengan kehidupan pribadiku?"sentak Everest tajam.

"Tentu saja. Kau adalah orang hebat. Siapa sih yang tidak tertarik dengan kehidupanmu?"balas Qin dengan senyum tengil. Everest menghembuskan napas. Berpikir bagaimana bisa dia berhubungan dengan orang gila ini.

Jika aku tahu rahasianya, orang-orang yang membencinya pasti akan mendatangiku menawarkan harta, tahta dan wanita. Dengan begitu aku akan cepat kaya secepat membalikkan telapak tangan. Hehehe... Aku memang pintar

Alis Everest berkerut melihat ekspresi wajah aneh yang Qin tampilkan dengan tersenyum. Apa yang dia pikirkan, batin Everest.

"Hei hei, bos. Ayo berbisnis. Aku tahu rahasiamu satu. Aku tidak akan bicara jika kau mau membayar uang tutup mulut padaku, cepat?"

"Membayar mu?"Qin mengangguk. "Tidak akan."

Everest mendengus, mulai bergerak pergi. Qin membelalakkan mata menatap punggung lelaki itu. Qin menggeram kesal sambil mengepalkan tangan. Namun, tiba-tiba dia menyunggingkan senyum smirk.

"Baiklah. Karena kau tidak ingin membayarku,"Qin menghembuskan napas. "Terpaksa, aku harus mencari orang yang mau membayarku."

Mendadak Everest berhenti dan menoleh. "Kau mengancam ku?"

"Kurang lebih... Ya, aku mengancam mu."

Everest menyeringai. "Silahkan saja jika kau berani. Lagipula berita seperti itu sudah sering terjadi. Aku tidak akan kaget lagi."

Qin terbahak. "Selain melihat dan mendengar, aku juga merekamnya lho. Aku ini orang penuh persiapan."

Everest terdiam.

Di sisi lain, Lucy nampak gusar. Bagaimana tidak? Sudah 15 menit lebih berlalu dan Qin belum juga kembali. Katanya pergi ke kamar kecil tapi sampai saat ini belum menampakkan diri juga. Yang benar saja, Qin melarikan diri lagi.

Brak! Meja dipukul kasar olehnya, membuat pengunjung lain menolehkan kepala melihat ke arah gadis berparas cantik itu dengan bermacam tanggapan.

"Bajingan itu sengaja membuatku menunggu lama. Lihat saja, jika dia berani meninggalkan aku, humph! Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri!"

The Billionaire Romance Where stories live. Discover now