Bab 10

179 34 6
                                    

Am I wrong?

*****

"Sekarang kau lihat? Ayah sudah mengambil keputusan itu. Kau benar-benar akan bertunangan dengan Lucy Watson."Risa menatap Qin yang duduk di tepi ranjang menutup wajah.

"Lalu aku harus bagaimana?"Qin mendongak.

"Entah. Itu urusanmu sendiri. Lagipula kau sendiri yang memutuskan membohongi semua orang dengan identitas palsu."Risa mengedikkan bahu. Bukan acuh ia sendiri pun tak tahu harus apa.

Qin mengusap wajah kasar. "Seharusnya kau memberiku solusi."

"Hei! Pakai otakmu, Qin! Apa lagi yang harus aku lakukan? Kau sendiri yang membuat dirimu sendiri dalam masalah. Memintaku untuk memberi solusi? Sungguh...."ucap Risa membelakangi Qin dengan kesal.

Greb!

Risa terkejut tiba-tiba Qin memeluk tubuhnya dari belakang.

"Ayolah, kak. Kau pasti punya solusi untuk masalahku ini. Kau pemilik otak cemerlang, pasti bisa membantuku. Ya ya ya? Ya? Ya?"olok Qin, kakaknya ini bila dipuji sedikit pasti sudah luluh.

"Menyingkir dariku. Aku tidak akan terpengaruh pujian ecek-ecek yang kau lontarkan."sembur Risa, menghempaskan tangan Qin dari lengannya.

Qin cemberut.

"Atasi sendiri. Kau sudah dewasa."

"Kak?"rengek Qin, memohon. "Jika pertunangan itu terjadi, berarti aku akan menikah dengan sesama jenis? Sama saja aku membenarkan yang media itu katakan. Kak? Kak Risa?"

Risa menggeram kesal. "Astaga! Kau benar-benar... Hufft! Baiklah."

"Kau serius?"Risa mengangguk malas. "Yeah! Terima kasih, kak Risa tersayang!"Qin berbinar, memeluk dan menciumi pipinya. Membuat Risa mendengus risih.

Qin berjingkrak-jingkrak kegirangan, berputar-putar tidak jelas. Sifat childish khas seorang wanita secara alami bereaksi.

"Andai saja Qin sesungguhnya -"

"Kak jangan katakan itu."sambar Qin membungkam mulut Risa. Risa terpana sesaat menatap mata adiknya.

"Bajingan! Jauhkan tangan kotor kau dariku! Rasanya asin! Hoek! Menjijikkan! Errrg!"ketus Risa, mengusap mulut sambil bergidik jijik.

"Pokoknya aku senang sekali."Qin berjoget-joget ria.

"Hei, bodoh! Ingat statusmu saat ini seorang lelaki!"

Qin sontak berhenti, seketika kembali pada jalur pria cool yang maskulin idaman para wanita cantik. Menyaksikan itu Risa memutar bola mata jengah. Adiknya ini pantas mendapatkan piala Oscar karena akting menipu selama bertahun-tahun.

"Sudahlah. Aku harus menemui ayah untuk membicarakan adik bodohku ini."ucap Risa sinis.

Qin terkekeh. "Semoga berhasil."

"Bedebah kau!"sahut Risa, ketus. Qin terbahak. "Ingat yang aku katakan, Everest Gilvarland bukan orang biasa."

Qin mengangguk paham. Risa melenggang pergi dari dalam kamar. Qin menghembuskan napas seraya merebahkan tubuhnya ke kasur.

*****

Di apartemen pribadi Bryan duduk santai menyaksikan pemberitaan Everest yang sedang top, Bryan yakin harga diri sepupunya itu benar-benar berada diambang kehancuran. Bryan tinggal menunggu tanggal mainnya. Meskipun begitu, Everest bukanlah tipikal pria yang mau mengalah. Pasti sebentar lagi ia menutup semua media yang menyiarkan dirinya. Sudut bibir Bryan terangkat, tepatnya ia menyeringai.

The Billionaire Romance Where stories live. Discover now