Bab 3

281 52 7
                                    

Sang Everest

******

"Argh!"

Mendengar tuannya terus menerus mendesah kesakitan membuat pria yang tengah mengendarakan mobil tidak tenang.

"Bos, tahan sebentar lagi kita sampai."

Pria yang duduk di kursi penumpang itu ngos-ngosan sambil memegangi dadanya yang semakin sakit. Persetan dengan bencong yang memberinya obat! Tunggu saja bila bertemu dia tidak akan melepaskannya!

"Ayo percepat, ugh! Aku sudah tidak tahan lagi,"Dengusnya tersengal-sengal.

"Baik, bos!"Dia menginjak pedal gas.

Di kejauhan, sebuah Ferrari mulai mendekat. Gerbang villa terbuka lebar, mobil dengan lancar masuk. Villa mewah bergaya American classic itu merupakan kediaman pribadi tuannya.

Pria yang menyetir mobil, keluar mobil dengan tergesa lalu membuka pintu belakang, membantu tuannya turun. Setelahnya memapahnya masuk ke dalam rumah menuju kamar.

"Ayo bos, berbaringlah."

"Panggil dokter Tian, cepat!"ucap cowok yang kini duduk di tepi ranjang. Keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuhnya. Dia tidak tahan lagi!

Tanpa banyak bicara bawahannya yang bernama Fadil itu langsung pergi meninggalkan sang bos yang kesakitan.

"Argh, sial!"

Obatnya di dalam laci ternyata sudah habis dua hari lalu. Menunggu dokter pribadinya datang sambil menahan sakit yang menyiksa. Entah mengapa ia merasa ngantuk, sepertinya obat yang bencong itu kasih baru memberi efek.

Mungkin tidur akan meredakan rasa sakit. Perlahan-lahan matanya mulai terpejam dan terlelap.

10 menit kemudian.

Akhirnya Fadil datang bersama seorang lelaki berkacamata memasuki rumah dengan langkah cepat. Lelaki memakai jas putih khas dokter itu bernama Septian atau kerap dipanggil Tian adalah seorang dokter profesional peraih medali emas dengan berbagai jenis penghargaan bergengsi telah diraihnya.

Dokter berbakat yang diakui dunia, karena keuletan dan ketekunannya selama menjadi dokter yang berhasil menciptakan obat efektif penyakit jantung yang telah disertifikasi WHO. Selain hebat di bidang medis, dia juga sangat terkenal di mata para wanita, genteng, perfeksionis, kaya dan murah senyum yang bikin klepek-klepek cewek.

"Di mana dia?"

"Di kamar, dok."

"Kenapa bisa begini?"Dokter Tian menoleh.

"Kalo diceritain, ceritanya panjang dokter."

"Ya sudah, jangan."

Mereka mempercepat langkah menaiki tangga menuju kamar.

Sementara itu, di dalam kamar pria yang tertidur itu tiba-tiba membuka kedua matanya. Kenapa rasanya badannya menjadi lebih enak dan ringan. Dia meraba dadanya, tidak merasakan sakit seperti pertama tadi justru plong rasanya.

Jika penyakit ini kumat, dia akan terus merasa kesakitan dan akan merasa mendingan kalo meminum obatnya. Tetapi kali ini aneh, kenapa ia tidak merasakan apa-apa?

"Aku tidak merasakan sakit, apa karena obat itu?"

Tiba-tiba saja suara pintu dibuka membuyarkan lamunannya, ia menoleh dimana Fadil berlari menghampiri.

The Billionaire Romance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang