^02 : The Longing Soul^

2.2K 229 26
                                    


"Byeonhosanim..."

Vincenzo menatap Chayoung dengan tatapan sendu bercampur khawatir, melihat dengan jelas air mata gadis itu mulai mengalir. Jiwa yang paling ia rindukan untuk kedua kalinya menangis diam di hadapannya. Setelah mata berbicara, detik selanjutnya mereka seirama membuka tangan dan berpelukan, Chayoung melingkarkan kedua lengannya diatas pundak Vincenzo dan memeluknya sangat erat, Vincenzo sedikit membungkukkan badan dan memeluk badan Chayoung, menariknya lebih dalam. Mereka merasakan satu sama lain setelah sekian lama, melepaskan segala kerinduan dalam pelukan itu, merasakan kehatangan yang lama terpisah, satu jiwa yang telah bertemu kembali.

"Syukurlah.. syukurlah.. kau masih hidup." Air mata Chayoung semakin deras mengalir dan kepalanya semakin tenggelam di perpotongan leher Vincenzo. Vincenzo mengusap punggung Chayoung sekaligus menutup matanya, merasakan rasa syukur yang sama, seandainya gadis itu tahu betapa leganya Vincenzo ketika melihat sosok Chayoung yang masih hidup.

Cukup lama dan akhirnya mereka melepaskan pelukan, kembali menatap satu sama lain. Vincenzo mengusap pipi Chayoung, melihat keadaan gadis itu yang berantakan membuatnya semakin sedih, jarinya beralih ke luka yang terbuka di pelipis Chayoung dan mengusapnya penuh kehati-hatian. Chayoung mendesis perih dan segera menyentuh pelipisnya sendiri, baru sadar bahwa ia memiliki luka itu.

"Kita ke dokter dulu untuk mengobati luka ini hm?" Ucap Vincenzo dengan nada cemas.

"Tidak perlu." Chayoung menggeleng lembut, mata perempuan itu baru menyadari kehadiran dua orang asing berbadan besar dan berfigur orang eropa yang berdiri di belakang Vincenzo. Vincenzo yang menyadari maksud Chayoung langsung mengakatakan bahwa kedua orang itu adalah pengawalnya.

"Bagaimana kau bisa ke sini? dan membawa mereka bersamamu?"

"Pak An mengakalinya."

"Dia bilang,, dua tahun lagi."

"Dia memiliki beberapa trik."

"Waah.. pajak warga negara digunakan dengan baik."

Vincenzo tersenyum halus mendegar gurauan Chayoung.

"Kalau begitu kita pulang. Kau harus istirahat." Raut wajah Vincenzo menjadi tegas tetapi suaranya tetap lembut, siapapun dapat melihat kondisi Chayoung yang berantakan dan tidak stabil.

"Tidak bisa, siapa yang akan menjaga mereka disini?" Chayoung menolak karena merupakan tanggung jawabnya sebagai wali warga geumga, terlebih ini malam pertama di rumah sakit yang mungkin saja dokter butuh sesuatu darinya. Vincenzo menghela napas sejenak kemudian mendekatkan wajahnya kearah perempuan itu.

"Aku sudah menyuruh anak buahku menyebar dan berjaga di sekitar rumah sakit ini, Pak Cho akan datang beberapa menit lagi untuk menggantikanmu disini. Kita pulang ya?"

Chayoung tersenyum lega sambil mengangguk, Vincenzo yang ia rindukan masih sama seperti dulu, selalu datang dengan persiapan dan cara-caranya sendiri. Ingin sekali menggoda lelaki itu dengan kata-kata 'mafia' -seperti dahulu, tapi energi di dalam tubuhnya seakan habis, bahkan saat langkah pertama berjalan pun ia lupa kalau ankle kirinya terkilir, hingga tanpa sengaja ia menggeram pelan menahan sakit.

"Yakin, tidak ingin ke dokter dulu?"

"Sudahlah.. ini bukan hal yang serius."

"Ayo naik.." Vincenzo berbalik memunggungi Chayoung, sedikit berjongkok merendahkan tubuhnya. Chayoung terkejut dan bahkan sempat melihat reaksi dua pengawal itu yang sepertinya salah tingkah tak tahu harus melihat kemana.

"Hentikan, kau membuatku malu."

"Tidak ada waktu untuk itu, cepat naik."

Dengan sedikit terpaksa dan pipi yang memanas, Chayoung menaiki punggung Vincenzo dan pria itu berdiri mengangkatnya serta membetulkan gendongannya. Selanjutnya Vincenzo berbicara pada kedua pengawalnya dalam bahasa italia cukup lama, kemudian Vincenzo dan Chayoung beranjak tanpa diikuti oleh kedua pengawal itu.

One Soul || [Vincenzo]✔Where stories live. Discover now