^19 : Devil's Backbone^

1.4K 184 87
                                    

Buliran keringat perlahan-lahan muncul di pelipis Chayoung dengan mata yang berusaha tetap terjaga, ia merasa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya dan tubuh yang perlahan melemas seakan kehilangan energi. Jarum-jarum itu masih tertancap di delapan jarinya dan membuat ujung jarinya berubah warna menjadi kemerahan, tetapi itu tidak membuat Chayoung menyerah untuk terlepas dari alat pasung di pergelangan tangannya, karena ia tahu alat pasung itu terlihat sudah usang dan mungkin usaha keras darinya bisa mematahkan belenggu tersebut.

Kemudian ia mendengar suara langkah kaki datang menghampiri ruangan yang ia tempati ini, dan ketika pintu terbuka, keinginan membunuh Chayoung semakin memuncak melihat wajah pria tua yang membuat dirinya menderita hanya untuk bersenang-senang. Salvatore Ranovese yang berpenampilan sangat rapih itu hanya tersenyum memandang Chayoung, seperti hewan liar yang memberontak ingin melepas rantai yang mengekangnya. Jika tatapan diibaratkan sebuah belati, maka tatapan Chayoung saat ini sudah mengiris wajah pria tua itu yang berjalan mendekatinya.

Salvatore mengambil kursi dan duduk di depan Chayoung, menyalang datar mengamati kondisi perempuan itu.

"Vincenzo berusaha menipuku dengan membuat Pandora palsu, untuk di tukar denganmu." Ujar Salvatore. Chayoung diam dan memalingkan muka, tak peduli dengan apa yang pria itu katakan. Dan ya, ia sudah tahu mengenai Pandora berkat sesi obrolan menyakitkan dengan Shin Haena.

"Aku sedang memikirkan pilihan siksaan yang akan kau terima jika Vincenzo memberikan Pandora palsu." Tambahnya.

"Mengapa berubah pikiran?" Tanya Chayoung datar, masih memalingkan muka dari pria itu.

"Kau menunda untuk membunuhku sejak di Korea. Karena bujukan dari wanita jalang itu?"

"Mungkin saja." Jawab Salvatore dengan sedikit terkekeh. "Aku tidak akan mengulangi kesalahan bodoh yang dilakukan oleh Jang Hanseok."

Perkataan pria tua itu mendapat perhatiannya, Chayoung mengerutkan kening dengan ekspresi penuh tanya. "Darimana kau tahu --"

"Dengan langsung membunuh orang yang dicintai adalah tindakan gegabah, dan hanya akan membangunkan monster yang tak terhentikan, seperti halnya ketika dia kehilangan ibunya." Ucap Salvatore mengabaikan pertanyaan Chayoung.

"Tetapi kau masih hidup. Aku membiarkanmu hidup untuk mengeluarkan rasa takut seorang Vincenzo, perasaan yang membuat pergerakannya terbatas dan rela akan melakukan apa saja demi dirimu .. Bukankah itu hebat? Diriku maksudnya." Lanjutnya.

"Dan kau pasti tahu bagaimana akhir dari Jang Hanseok." Ucap Chayoung dengan nada yang berat dan menekan. "Vincenzo akan mengakhirimu dengan cara yang sama."

"Ouh tentu tidak." Pria itu mendekat dengan menumpukan lengannya pada meja.

"Jang Hanseok itu bodoh dengan tidak memanfaatkanmu lebih baik, motifnya hanya ingin membunuh Vincenzo. Maka dari itu, Hanseok sangat payah melawan orang-orang seperti kami. Sedangkan aku, ingin melihat kerajaan kekasihmu runtuh secara perlahan-lahan."

"Karena jika dengan membunuhku, justru akan menjadikannya monster tak terkalahkan." Saut Chayoung yang menebak jalan pikiran pria tua itu.

"Pintar sekali." Salvatore mengangguk, menatap mata Chayoung yang sarat akan kebencian.

Chayoung melunakkan pandangannya, ia kemudian mundur dan bersandar di punggung kursi, tersenyum seringai menatap Consigliere Ranovese tersebut.

"Kau tahu, meskipun aku bekerja untuk Keluarga Cassano baru beberapa minggu ini, tapi kupastikan rencanamu tidak akan berhasil." Ucapnya dengan penuh arogansi.

"Kenapa begitu? Aku ingin mendengar omong kosong dari Pengacara Keluarga Cassano."

"Hmm .. Dari caramu bicara sejak tadi, kupikir Kau sudah mengenal Vincenzo dengan baik." Chayoung memang sengaja tidak memberikan pria itu jawaban, hanya menyindirnya dengan senyuman dan ekspresi menantang.

One Soul || [Vincenzo]✔Where stories live. Discover now