^EC 02 : An Oath^

1.6K 146 45
                                    


"Kau sudah sampai?" Tanya Vincenzo dari balik ponsel.

"Ya, aku sedang menuju ruangan Mr. Collins. Kau sendiri?" Jawab Chayoung sambil menempelkan ponselnya di telinga, kakinya melangkah keluar dari lift dan berjalan menuju meja yang serupa dengan meja resepsionis di sebrang sana.

"Masih dalam perjalanan, beberapa menit lagi akan sampai sana." Balas Vincenzo.

"Tidak masalah kan kau bertemu dengannya duluan?"

"Hei, kau pikir aku amatir karena ini tugas keduaku. Tenang saja, serahkan padaku." Ujar Chayoung yang telah sampai di depan meja tersebut.

"Baiklah."

"Ku tutup ya, byee."

Setelah mengonfirmasi janji temu kepada si pegawai wanita di depannya ini bahwa ia adalah perwakilan salah satu bisnis legal dari Keluarga Cassano, Chayoung di tuntun masuk ke ruangan Mr. Collins. Ia di minta untuk menunggu sebab sang pemilik ruangan masih di luar karena ada kepentingan mendadak.

"Anda ingin minun apa, nona?" Tanya sekertaris wanita itu dalam bahasa inggris, yang sedikit Chayoung mengerti melalui kata 'minum'.

"Tidak. Terima kasih." Balas Chayoung seadanya, dan memang dirinya belum begitu haus.

Chayoung memelankan langkahnya sambil mengamati kantor yang luas ini, seperempat dinding di lapisi kaca menghadap langsung ke hiruk pikuk kota London, begitulah pemandangan yang terlihat dari salah satu skycraper kota terkenal di Inggris ini. Ada meja kerja dan sofa tamu seperti biasa, serta satu kursi santai eames terletak dekat dinding kaca. Tatanan furnitur yang sedikit membuat ruangan terlihat lega.

Tak berapa lama kemudian, masuklah seorang pria yang terlihat masih muda berusia sekitar akhir 30-an, berpakaian jas rapih serta mengenakan kacamata rabun. Dengan ekspresi heran, lalu sedetik kemudian tersenyum menyambut Chayoung.

"Selamat datang nona, maaf telah membuatmu menunggu." Ujar lelaki itu dalam bahasa italia yang cukup di mengerti Chayoung, sambil berjalan kearahnya.

"Bukan masalah, saya juga baru sampai."

Mereka berjabat tangan, cukup lama hingga membuat Chayoung mendadak risih dengan bagaimana cara lelaki itu menggenggam tangannya. Seketika Chayoung menarik paksa telapak tangannya, menyalang sekilas dan menurunkan senyum ramahnya. Tetapi pria itu justru melihatnya dengan tatapan aneh sesekali seakan mengamati penampilannya.

"Silahkan duduk nona --"

"Hong Chayoung." Saut Chayoung. Mereka berdua duduk di sofa tamu.

"Heum.. bukan orang Italia, tetapi cukup bagus pelafalan bahasanya." Kata lelaki bernama Mr. Collins itu.

Chayoung tak menanggapi dan memasang muka datar, ia hanya mengobservasi dan fokus pada bahasa italia yang belum seratus persen ia kuasai.

"Saya kira Don Cassano sendiri yang akan datang, tetapi dia justru mengirim wanita cantik ini."

Cukup muak Chayoung melihat senyum dan mimik wajah aneh pria itu, dan meskipun ia mengerti apa yang barusan diucapkan, tetapi nadanya terdengar seperti bermain-main.

"Representatif legal Keluarga Cassano." Ucap tegas Chayoung memperkenalkan dirinya. "Anggap saya seperti itu."

"Lalu dimana Don Cassano?"

Chayoung menghela napas. "Dia tidak bisa datang. Jadi, saya yang akan mengurus pertemuan kali ini."

Anehnya, perkataan bohong Chayoung malah membuat pria itu menyeringai.

One Soul || [Vincenzo]✔Where stories live. Discover now