^04 : Blast^

1.8K 209 78
                                    

"Ada yang membobol masuk ke rumahmu." Ucap Vincenzo berbisik sambil mengamati sekitar. Chayoung jelas kaget, ini sama seperti dua tahun lalu saat ada penyusup yang ingin mencelakainya dan berakhir memecahkan kaca jendela rumahnya.

"Mereka masih disini?" Bisik Chayoung dari belakang badan Vincenzo.

"Entah. tapi jangan jauh-jauh dariku."

"Okey"

Vincenzo mendorong perlahan tubuh Chayoung untuk sepenuhnya berada di belakang tubuhnya, kemudian lelaki itu berjalan tenang tanpa menimbulkan suara dan diikuti Chayoung. Vincenzo meraih kenop pintu dan membukanya perlahan, kemudian masuk ke dalam rumah dan langsung menyalakan lampu, mata dan kepalanya tak berhenti bergerak menyusuri setiap ruangan. Ia menuju kamar Chayoung, membuka pintunya dan kosong, tidak ada siapa-siapa, lalu Vincenzo berjalan menuju kamarnya, membuka pintu dan mengobservasi secara cepat, sama seperti sebelumnya tidak ada siapapun. Matanya kemudian menoleh ke area dapur dan kosong, tidak ada siapapun. Saat hendak menaiki tangga menuju lantai atas, ia berbalik dan baru menyadari bahwa Chayoung sudah tidak ada di belakangnya lagi. Seketika Vincenzo langsung panik.

Vincenzo langsung berlari keluar, saat mencapai halaman rumah ia menoleh ke kanan dan kiri sambil memanggil nama Chayoung dengan setengah teriak. Saat menoleh ke arah kanannya lagi, ia melihat pintu yang menuju ruang bawah tanah tempat dimana terdapat tumpukan emas terbuka lebar dan ia bergegas menuju kesana. Bercak darah di depan pintu tersebut menghentikan langkahnya, perasaannya kalut diliputi cemas dan khawatir. Kemudian ia masuk dan berlari kecil menuruni tangga.

Hingga sampai di ruangan yang dimaksud, Vincenzo sama sekali tidak mendapati adanya orang asing, justru sosok Chayoung yang duduk bersimpuh membelakangi dirinya, seakan 'memeluk kasur' emasnya sambil merengek dan bermonolog tak jelas. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Vincenzo membeku di tempat, masih memandangi Chayoung yang seperti beradegan dalam pementasan teatrikal. 


"Apa yang kau lakukan disini?" Suara bariton Vincenzo membuat Chayoung terlonjak kaget dan dengan cepat memutar badannya, baru menyadari kehadiran lelaki itu, ia segera berdiri.

"Kau ada disini? bagaimana? penyusup itu masih ada? apa yang coba mereka cari?" Tanya Chayoung yang dipenuhi rasa penasaran.

Sedangkan Vincenzo menggeleng kepalanya dan menghembuskan napas besar. Ia sangat mengkhawatirkan Chayoung, tetapi emas adalah prioritas perempuan itu, tidak bisa menyalahkan karena dulu dia juga begitu.

"Sudah kubilang untuk tidak jauh-jauh dariku, bagaimana jika penyusup masih ada di sini dan terjadi sesuatu padamu?" Protes Vincenzo yang tak terima kalau rasa paniknya tadi berakhir konyol. Chayoung berdehem bersiap memberikan penjelasan dengan gestur tangannya.

"Kau bisa menjaga diri, dan aku.. meskipun tidak ahli sepertimu, masih bisa menjaga diri. Tetapi, emas tidak bisa menjaga dirinya sendiri."

"Huhh." Vincenzo mendesah tak percaya sekali lagi, kemudian ia meninju pelan tembok di sampingnya untuk menyalurkan kekesalannya. Bagaimana bisa seorang pengacara membuat pernyataan tak masuk akal seperti ini, entah serius atau tidak. Chayoung hanya berkedip polos melihat tingkah Vincenzo.

"Lalu, darah apa itu di depan pintu?"

"Oohh itu.. sepertinya itu darah penyusup yang terkena jebakan beruang yang kupasang di depan pintu." Ujar Chayoung sambil mengingat-ingat kembali. "well, tiga perangkap yang kupasang sudah hilang, itu artinya ada lebih dari satu penyusup.. dan pasti rasanya kaki mereka hampir putus jika sampai meninggalkan jejak darah." Lanjutnya.

Vincenzo meringis ngeri mendengar cerita perempuan itu. Kemudian mengajak Chayoung untuk kembali masuk ke rumah setelah mengatakan tidak ada siapapun dan menyuruhnya untuk mengecek sendiri jika ada sesuatu yang hilang.
.

One Soul || [Vincenzo]✔Where stories live. Discover now