^07 : Pagliuzza^

2.5K 223 78
                                    

Chayoung mengamati Vincenzo yang menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri, memutar lengan dan bahu kanannya, seperti melakukan peregangan otot tubuh yang terasa kaku. Sambil mereka berjalan menyeret koper masing-masing menunju area penjemputan.

"Kau tidak menurunkan bangkumu saat di pesawat? untuk sekedar berbaring?" Tebak Chayoung. Vincenzo menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa menurunkan bangkunya di pesawat tadi karena sepanjang gadis itu tidur tak mau melepas tangannya, justru makin mendekap lengannya layaknya bantal, meskipun couple seat tetapi masih ada sekat, sehingga posisi Vincenzo tak nyaman sepanjang perjalanan.

"Pramugari datang menawari untuk merendahkan seat-mu, tapi ku tolak karena tidak ingin membangunkanmu." Ucap Chayoung dengan santainya, tidak tahu bahwa Vincenzo tersenyum meringis, berbanding terbalik dengan apa yang ia lakukan. 


Di sebrang sana sudah terlihat Luca beserta delapan pria berjas hitam lainnya yang menunggu kedatangan Vincenzo dan Chayoung. Mereka terlihat sedikit mencolok dari yang lain karena mengenakan pakaian formal, dan mengenakan kacamata hitam. Di Malta memang harus sering-sering memakai sunglasses karena cuacanya, begitupula dengan Chayoung dan Vincenzo saat ini.

"Woah.. apa ini?" Chayoung terkejut karena Vincenzo tiba-tiba merangkul dan menarik dirinya lebih dekat.

"Ini penting, untuk menciptakan image-mu." Ujar Vincenzo yang tetap memandang lurus kedepan. Chayoung yang masih belum paham, hanya mengikuti saja. Ini memang penting menurut Vincenzo, menunjukkan posisi Chayoung agar lebih dihormati atau agar tidak ada yang berani menggoda perempuan itu. Karena dalam salah satu kode etik mafia, dilarang menggoda istri orang lain apalagi istri dari bos mafia, ya walaupun Chayoung belum resmi menjadi istri Vincenzo.



"Bentornato, Don." Sambut Luca.

"Luca." Balas Vincenzo. Luca lalu beralih dan mengulurkan tangannya kepada Chayoung.

"Welcome, Signorina."

"Thanks Luca, Come stai?" Chayoung menjabat tangan Luca sambil mencoba sedikit kemampuan bahasa italianya.

"Sto bene, grazie." Jawab Luca sambil tersenyum ramah.

Kemudian Vincenzo dan Luca saling berbicara dalam bahasa italia yang jelas tak dimengerti Chayoung, ia mengobservasi sekitar, mengamati anak buah Vincenzo lainnya yang terlihat sangar sedikit mengerikan, tentu saja seperti itu, mereka kan mafia. Pandangannya melihat sekeliling yang cukup ramai dengan orang yang berlalu lalang, mobi-mobil yang menjemput penumpang, dan ia terkesiap ketika melihat sebuah toko -yang tak terduga ia butuhkan. Ia menepuk pelan bahu Vincenzo.

"Sepuluh menit!! Aku akan kembali."

Vincenzo bingung dengan maksud Chayoung, tapi sebelum sempat bertanya balik, gadis itu sudah meluncur pergi terpisah darinya. Vincenzo segera menyuruh anak buahnya memasukkan koper mereka ke bagasi dan langsung berlari menyusul Chayoung.



10 menit kemudian, mereka keluar dari toko tersebut dengan satu paper bag di tangan Chayoung.

"Perlukah kau beli.. stik kelinci itu, ha?"

"Tentu, kau tahu betul aku sangat suka benda ini." Kata Chayoung sambil mengangkat paper bag-nya. "lagipula, yang lama ikut tertimbun reruntuhan kan."

Vincenzo jadi merasa tidak enak, seharusnya dia tidak menanyakan hal itu. 

Kemudian ia menghentikan langkah Chayoung dengan menarik lengan gadis itu, dan diam sejenak menatapnya. Chayoung dapat melihat bahwa ada yang ingin dikatakan Vincenzo namun lelaki itu menahannya, terlihat keraguan untuk mengatakannya.

One Soul || [Vincenzo]✔Where stories live. Discover now