^EC 03 : Little One^

1.7K 138 41
                                    


Chayoung melangkah masuk ke ruangan Vincenzo, atau bisa dikatakan telah merangkap menjadi kamar tidurnya juga setelah setahun lebih menikah, walaupun ruangan lamanya masih berfungsi. Ia menghampiri suaminya yang sedang berdiri di teras kamar, termenung memandang lautan dengan angin malam yang berhembus cukup kencang. Ketika Chayoung mendekat, ia melihat lelaki itu mengeluarkan bungkus rokok dan korek api emas. Kebiasaan Vincenzo ketika sedang banyak beban atau emosi yang mengganggu pikirannya, sesekali melampiaskannya dengan merokok.

Saat batang rokok itu sudah di mulut dan siap untuk di nyalakan, Chayoung datang dan langsung menyentil batang rokok tersebut dari mulut lelaki itu hingga meluncur jatuh ke tanah. Vincenzo terkejut sekaligus bingung dengan apa yang barusan perempuan itu lakukan.

"Ada apa ..?" Tanya Vincenzo, dia kembali mengambil sebatang rokok.

"Lain kali jika ada masalah yang mengganggumu, jangan merokok lagi." Ujar Chayoung. "Asapnya tidak bagus untuk perempuan hamil."

"Memangnya siapa yang hamil?"

Agak lama sekitar tiga detik untuk membuat Vincenzo mematung saat menyadari apa yang ingin gadis itu sampaikan. Ia perlahan menoleh dan mulutnya menganga tak percaya, seketika matanya berbinar gembira. Sementara Chayoung tertawa kecil melihat mimik muka Vincenzo.

"Iya." Katanya sambil mengangguk. "Kau akan segera menjadi ayah."

Vincenzo membuang bungkus rokoknya dan langsung mendekap erat tubuh Chayoung, jantungnya berdetak sangat kencang membuatnya sulit mengeluarkan kata-kata karena jelas betapa bahagianya dia saat ini, mengetahui bahwa mereka akan menjadi orang tua.

"Yak, yak .. aku -tidak bisa bernapas." Kata Chayoung terbata-bata sambil menepuk lengan lelaki itu.

Vincenzo segera melepas pelukan dan mengecek keadaan Chayoung dengan raut khawatir. "Maaf, maafkan aku."

Mereka saling menatap dan tersenyum sangat lebar, hati mereka sama-sama berdebar merasakan kebahagiaan yang meluap. Kemudian tangan Vincenzo perlahan menyentuh perut Chayoung, dan membelainya pelan ingin merasakan perut yang masih rata berisi janin tersebut.

"Aku juga baru mengetahuinya kemarin siang, ditemani Ilsa, kami langsung pergi ke rumah sakit .. dokter bilang usianya empat minggu." Ucap Chayoung sambil memegang tangan Vincenzo, mengingat kembali kemarin ia sempat mengujinya dengan test pack sebelum pergi ke rumah sakit di Valetta untuk cek lebih jelas menggunakan USG.

Lelaki itu terlihat sedang berpikir.

"Mulai sekarang, jangan pergi ke sembarang rumah sakit. Keluarga Cassano memiliki dokter-dokter terpercaya, salah satunya dokter obgyn yang sekarang ada di Milan, akan aku suruh dia datang ke sini setiap bulan." Ujar Vincenzo dengan nada yang terdengar protektif, dan Chayoung hanya mengangguk, paham jika suaminya bersikap begitu mengingat ini anak pertama mereka dan tidak ingin kejadian lampau terulang kembali.

"Kau juga harus mengurangi pekerjaanmu, agar tidak terlalu lelah atau stress. Karina, dokter obgyn itu akan mengawasimu tiap minggu, baik kesehatan fisik dan mental --"

"Hm.. mengurangi, bukan meniadakan. Ingat itu .. Aku justru akan stress jika menganggur." Chayoung memotong ucapan Vincenzo dan memberi penekanan sambil menunjuk suaminya itu.

"Baiklah, Signora." Kata Vincenzo dengan terkekeh kecil memandang mimik lucu perempuan itu yang setengah cemberut.

"Kau lebih cerewet dari yang kuduga." Gumam Chayoung sambil memainkan kacing kemeja suaminya.

Vincenzo meraih tangan Chayoung dan mencium telapak tangan gadis itu, memandang istrinya dengan tatapan lembut berbinar. "We're having a baby." Bisiknya ketika wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja.

One Soul || [Vincenzo]✔Where stories live. Discover now